Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri Investasi Ungkap Antam (ANTM) Akan Garap Pabrik Baterai EV Rp80 Triliun

Antam (ANTM) telah melakukan pembicaraan dengan perusahaan dari Korea Selatan dan China untuk pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia.
Ilustrasi pengisian baterai kendaraan listrik. / Pixabay-andreas160578
Ilustrasi pengisian baterai kendaraan listrik. / Pixabay-andreas160578

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan P. Roeslani mengungkapkan, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) akan bekerja sama dengan perusahaan dari Korea Selatan dan China untuk menggarap pabrik baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Rosan menjelaskan, pemerintah terus mendorong ekosistem industri hijau di Indonesia sesuai arus permintaan global. Dia mencontoh, pemerintah sedang menggoda perusahaan-perusahaan asing agar berinvestasi untuk membangun pabrik-pabrik baterai EV di Tanah Air.

"Kita dorong untuk EV Baterai-nya, kita sudah ada pembicaraan dengan dua malah ya pada saat ini, sudah final stage [tahap finalisasi], tapi mungkin saya tidak sampaikan dulu, tetapi ini adalah perusahaan Korea dan China," ungkap Rosan di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta Selatan, Selasa (15/10/2024).

Mantan bos Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) ini mengungkap kesepakatan dengan dua perusahaan dari China dan Korea Selatan tersebut akan selesai dalam satu hingga dua bulan ke depan.

Bahkan, dia mengaku besaran investasinya tidak sedikit. Nantinya, kedua perusahaan asing itu akan bekerja sama dengan perusahaan plat merah yaitu PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM).

"Investasinya itu hampir Rp80 triliun, kurang lebih ya US$5,5 miliar. Jadi itu juga investasi yang sangat signifikan dan justru ada dua ya. Itu kerja sama dengan BUMN kita, kerja sama dengan PT Aneka Tambang sehingga insyaAllah ini bisa selesai," jelas Rosan.

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkap nilai estimasi investasi yang akan masuk ke Indonesia untuk membangun ekosistem baterai berbasis nikel mencapai US$20 miliar—25 miliar atau setara Rp312 triliun—390 triliun dalam 5 tahun ke depan.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto, mengatakan investasi tersebut ditanamkan dari konsorsium perusahaan Indonesia, China hingga Eropa.

"Untuk nikel buat baterai ini room-nya masih ada, kita lihat mungkin sekitar estimasi kami US$20 miliar sampai US$25 miliar lagi investasi yang masuk dalam 5 tahun ke depan," kata Seto dalam forum diskusi, Rabu (9/10/2024). 

Seto menegaskan, fokus pemerintahan ke depan tak lagi hilirisasi komoditas nikel saja, tetapi membangun ekosistem dari hilirisasi dengan memanfaatkan pohon industri yang ada di dalam negeri. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper