Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi ekonomi China yang masih menunjukkan pelemahan berdampak pada perdagangan internasional Negeri Tirai Bambu dengan Indonesia. Mengingat, Purchasing Manager’s Index atau PMI Manufaktur China masih dalam zona kontraksi atau berada di level 49,3.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan neraca perdagangan barang Indonesia mencatatkan defisit dengan China, senilai US$8,85 miliar sepanjang Januari hingga September 2024.
Secara umum, defisit tersebut berasal dari nilai ekspor ke China periode Januari—September 2024 senilai US$42,53 miliar. Sementara impor yang Indonesia lakukan tercatat lebih besar, yakni senilai US$51,38 miliar.
"Komoditas penyumbang defisit terbesar pada September 2024, untuk China didorong komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya HS 84," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (15/10/2024).
Komoditas dengan kode Harmonized System (HS) 84 tersebut mencatatkan defisit senilai US$12,07 miliar sepanjang tahun ini.
Sementara komoditas lainnya yang menyumbang defisit terdalam yakni mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) senilai US$10,52 miliar, serta plastik dan barang dari plastik (HS 39) mencatatkan defisit senilai US$2,34 miliar.
Baca Juga
Bukan hanya secara kumulatif, khusus per September 2024 saja, neraca dagang Indonesia juga mencatatkan defisit dengan China senilai US$630,8 juta.
Komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) mencatatkan defisit senilai US$1,44 miliar sepanjang tahun ini. Sementara komoditas lainnya yang menyumbang defisit terdalam yakni mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) senilai US$1 miliar, serta kendaraan dan bagiannya (HS 87) senilai US$314,8 juta.
Secara umum, neraca perdagangan Indonesia masih mempertahankan tren surplus hingga 53 bulan berturut-turut. BPS melaporkan bahwa surplus neraca dagang September 2024 senilai US$3,26 miliar.
Ekspor per September 2024 tercatat senilai US$22,08 miliar, dengan nilai impor yang lebih kecil sehingga surplus terjaga.
"Total nilai impor mencapai US$18,82 miliar atau turun 8,91% dari bulan Agustus 2024," ujar Amalia.
Surplus neraca dagang Indonesia per September 2024 itu tercatat naik US$0,48 miliar secara bulanan. Surplus itu lebih tinggi dari Agustus 2024 senilai US$2,89 miliar, tetapi lebih kecil dari posisi September 2023 senilai US$3,41 miliar.