Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Pakai Batu Bara, Produk Tekstil RI Berpotensi Kena Jegal Eropa

Industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri bersiap menghadapi restriktsi dagang dari Eropa, salah satunya terkait produk tanpa energi batu bara.
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencemaskan penyempitan pasar ekspor tradisional untuk tekstil dan produk tekstil (TPT) yang mulai menerapkan restriksi barang impor, seperti Eropa. 

Wakil Ketua Umum API David Leonardi mengatakan, sejumlah negara tujuan ekspor tekstil Indonesia kini menerapkan non-tariff barriers untuk melindungi pasarnya dari barang-barang impor ke negaranya. 

Adapun, Eropa menerapkan kebijakan perlindungan yang mengangkat isu HAM, energi, dan lingkungan, salah satunya kebijakan 'no coal energy' atau produk tanpa energi batu bara. 

"Industri TPT Indonesia yang saat ini mayoritas masih menggunakan batu bara harus bersiap untuk menghadapi peraturan ini," ujar David kepada Bisnis, Jumat (11/10/2024). 

Namun, menurut David, yang diterapkan oleh Eropa merupakan contoh kecil. Pasalnya, masih banyak hambatan perdagangan yang diterapkan oleh negara tujuan ekspor lainnya. 

Untuk itu, penting untuk pemerintah, dalam hal ini kementerian/lembaga terkait untuk dapat membantu industri TPT Indonesia menembus pasar ekspor. 

"Kerja sama yang dimaksud perlu semakin sinergis sehingga kebutuhan ekspor tersebut dapat terfasilitasi," jelasnya. 

Di sisi lain, dia melihat dengan kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak baik, maka perjanjian dagang yang akan Indonesia buat pun perlu diimbangi dengan kebijakan nontariff barrier

Kebijakan hambatan tanpa tarif tersebut dapat bermanfaat baik bagi Indonesia karena akan meningkatkan daya tahan industri, daya beli masyarakat, dan melindungi pasar dalam negeri Indonesia. 

"Perilaku proteksionis yang diterapkan di negara lain perlu dicontoh oleh Indonesia," jelasnya. 

Selain mendorong ekspor, kebijakan tersebut dapat membantu pemerintah menambah cadangan devisa, aktivitas produksi akan mendorong utilisasi industri sehingga dapat menyerap tenaga kerja. 

Pada triwulan I/2024, industri TPT mampu menyumbang sebesar 5,84% terhadap produk domestik bruto (PDB) sektor manufaktur serta memberikan andil terhadap ekspor nasional sebesar US$11,6 miliar dengan surplus mencapai US$3,2 miliar. 

Industri TPT juga sebagai sektor padat karya dengan menyerap tenaga kerja lebih dari 3,98 juta tenaga atau memberikan kontribusi sebesar 19,47% terhadap total tenaga kerja di sektor manufaktur pada tahun 2023.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper