Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor EBT Diyakini Hadirkan Devisa Baru Bagi RI

Upaya pemerintah mendorong ekspor listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) dapat mendorong industri dan pendapatan negara.
Teknisi melakukan pengecekan rutin pada proyek PLTS Terapung Cirata, Purwakarta, Jawa Barat pada Selasa (26/9/2023). - Bisnis/Rachman
Teknisi melakukan pengecekan rutin pada proyek PLTS Terapung Cirata, Purwakarta, Jawa Barat pada Selasa (26/9/2023). - Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) optimistis upaya pemerintah mendorong ekspor listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) dapat mendorong industri dan pendapatan negara. 

Ketua Umum APLSI Arthur Simatupang mengatakan pihaknya melihat dampak positif yang didorong melalui proyek perdagangan listrik rendah emisi yang diproduksi di Indonesia dijual ke luar negeri. 

"Menurut saya ekspor listrik merupakan sesuatu yang positif karena bisa meningkatkan devisa negara," kata Arthur kepada Bisnis, Selasa (8/10/2024). 

Tak hanya itu, pemerintah juga mendorong ekspor listrik dengan penciptaan investasi industri tenaga surya hingga baterai penyimpanan listrik di Indonesia bagi negara pengimpor. 

Arthur menilai syarat tersebut juga dapat mendorong peningkatan industri manufaktur komponen berbasis renewable di dalam negeri. 

Kendati demikian, sempat terjadi perbedaan suara di kalangan pemerintah. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menilai ekspor listrik hijau masih perlu dikaji kembali untuk menjaga kepentingan nasional. 

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan menyebut ekspor listrik EBT memberikan manfaat besar bagi negara. 

Dalam agenda ISF 2024, Kemenko Marves mengungkap nilai proyek ekspor listrik hijau dan pengembangan industri panel surya dengan Singapura mencapai US$20 miliar atau setara dengan Rp308 triliun (kurs Rp15.423).  

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan mengatakan proyek kerja sama energi terbarukan ini sangat strategis untuk kemitraan kedua negara dalam komitmen keberlanjutan.  

"Dengan penandatanganan nilai proyek ini, Pak Rachmat membisikkan kepada saya sekitar US$20 miliar," kata Luhut di Indonesia Sustainable Froum (ISF) 2024, beberapa waktu lalu. 

Luhut menerangkan, bagi Singapura, kerja sama ini akan mengamankan pasokan listrik bersih melalui sistem penyimpanan energi baterai dan listrik dari panel surya atau photovoltaic yang diproduksi di Indonesia.

Sementara itu, bagi Indonesia, sangat penting untuk mengamankan pangsa pasar dan lanskap ekspor energi. Dalam hal ini, Indonesia juga memiliki silika sebagai bahan baku panel surya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper