Selangkah Menyongsong Industrialisasi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap bahwa proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah fase 1 milik BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia
Ilustrasi pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa./JIBI-Nurul Hidayat
Ilustrasi pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap bahwa proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah fase 1 milik BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia atau Grup MIND ID merupakan simbol transformasi bagi Indonesia untuk melangkah menjadi negara Industri.

Presiden juga berujar bahwa proyek ekosistem penghiliran bauksit tersebut akan mengakhiri era rezim ekspor bahan mentah yang sudah berlangsung puluhan tahun.

“Pembangunan smelter ini merupakan usaha kita untuk menyongsong Indonesia menjadi negara industri, mengolah sumber daya alam kita sendiri, dan tidak lagi mengekspor bahan-bahan mentah,” katanya dalam peresmian proyek SGAR akhir September 2024 lalu.

Keberadaan Smelter Grade Alumina Refinery Mempawah fase 1 merupakan keseriusan pemerintah melalui MIND ID untuk mendorong industrialisasi sekaligus menekan neraca impor aluminium.

Terlebih, selama ini ketergantungan Indonesia terhadap impor aluminium cukup tinggi dan menggerus devisa hingga US$3,5 miliar atau sekitar Rp59 triliun setiap tahun.

Adapun, Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah fase 1 merupakan fasilitas pemurnian milik PT Borneo Alumina Indonesia, perusahaan patungan anak usaha MIND ID, yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM)  dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTAM).

Nilai investasi yang dikeluarkan Borneo Alumina Indonesia untuk membangun fasilitas strategis tersebut mencapai US$941 juta ditambah Rp700 miliar yang digunakan untuk pengembangan infrastruktur.

Nantinya, SGAR Mempawah fase 1 akan memiliki kapasitas output 1 juta ton alumina per tahun yang diperoleh dari 3,3 juta ton bauksit. Selain cukup untuk memenuhi kebutuhan 600.000 ton alumina smelter Inalum di Kuala Tanjung, SGAR nantinya akan memproduksi aluminium sebagai produk akhir.

 “Jadi memang semua program penghiliran yang kami lakukan itu kami yakini memberikan nilai tambah yang sangat besar dari sisi multiplier di mata rantai ekonomi,” kata Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso.

Sekadar informasi, Indonesia tercatat sebagai Indonesia merupakan negara dengan cadangan bauksit terbesar nomor 6 di dunia, yakni sebanyak 1 miliar ton.

Indonesia bahkan sempat tercatat sebagai eksportir bauksit nomor dua di dunia, karena 8,7% komoditas itu di pasar global berasal dari Tanah Air.

Adapun, INALUM dan ANTAM saat ini sedang berupaya menyelesaikan final investment decision (FID) proyek SGAR Mempawah fase II pada akhir 2024 agar proses inisiasi pendirian smelter alumina bisa dilakukan pada awal 2025. Targetnya, smelter yang nantinya memproduksi 1 juta ton alumina per tahun itu bisa beroperasi pada 2028.

Proyek SGAR tahap lanjut ini juga akan memiliki smelter aluminium dengan kapasitas 600.000 ton per tahun untuk melengkapi smelter milik Inalum di Kuala Tanjung, Sumatra Utara yang saat ini memproduksi sekitar 300.000 ton per tahun.

“Ini yang Presiden Joko Widodo sampaikan, mudah-mudahan bisa membuat tidak impor [aluminium] lagi. Paling tidak bisa menekan angka impor serendah-rendahnya,” katanya.

Hendi memperkirakan bahwa proyek SGAR Mempawah fase 2 bakal membutuhkan investasi sekitar US$900 juta, sedikit lebih rendah dari yang diperlukan untuk fase 1 yang mencapai US$914 juta. Adapun, untuk membangun smelter aluminium di kawasan tersebut dibutuhkan investasi sebesar US$2 miliar.

Sementara itu Direktur Utama Inalum, Ilhamsyah Mahendra, mengungkapkan penghiliran bauksit hingga menjadi aluminium secara terintegrasi di Mempawah bakal meningkatkan daya saing dari produk alumunium INALUM.

“Ini akan meningkatkan competitiveness kami, tidak hanya di domestik tetapi juga global, sehingga pemenuhan kebutuhan aluminium yang menjadi prioritas kami bisa dilakukan,” katanya.

Ilhamsyah membeberkan bahwa Inalum menargetkan mampu memproduksi 1,5 juta ton aluminium hingga 5—10 tahun mendatang dan SGAR merupakan rangkaian inisiatif strategis yang ditujukan untuk mencapai target tersebut.

“Kami tidak akan berhenti di sini, karena nanti akan ada smelter lain [selain di Mempawah] yang juga berkapasitas 600.000 ton. Jadi total dalam 5—10 tahun ke depan harapannya kapasitas produksi aluminium Inalum bisa mencapai 1,5 juta ton,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper