Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen pipa baja, PT Steel Pipe Industry Indonesia Tbk. (ISSP) atau Spindo mulai was-was terhadap kondisi oversupply kapasitas produksi baja pabrikan China yang dapat memicu persaingan tak sehat di pasar Indonesia.
Corporate Secretary & Investor Relations Spindo Johanes W. Edward mengatakan, kewaspadaan pelaku usaha tak hanya praktik dumping, tetapi relokasi industri baja dari China yang dinilai kebablasan.
"Sehingga ke depan bukan lagi ancaman impor, tetapi sudah berada dalam negeri. Hal ini yang perlu diwaspadai dalam jangka panjang," kata Johanes, Kamis (3/10/2024).
Johanes menuturkan bahwa relokasi industri baja China ke Indonesia sudah banyak terjadi. Masalahnya, tak sedikit industri tersebut yang justru mengimpor produk jadi langsung dari China tanpa menggunakan komponen dalam negeri.
Hal ini yang dinilai menjadi celah dan lemah pengawasan. Menurut Johanes, semestinya pemangku kebijakan mempertimbangkan utilisasi industri lokal, terkhusus bagi wilayah tempat relokasi atau investasi China dilakukan.
"Kalau utilisasi masih rendah, mestinya jangan terlalu dibuka," imbuhnya.
Baca Juga
Dalam hal ini, dia menuturkan bahwa terdapat peluang yang dapat dimanfaatkan dari produk murah bahan baku China ntuk meredam ancaman inflasi dan mendorong daya beli masyarakat. Momentum tersebut dapat mendorong percepatan pembangunan industri baja hilir.
Kendati demikian, dia melihat pemerintah dan kementerian terkait harus turun tangan memberikan fasilitas safeguard atau bea masuk tindakan pengamanan.
"Kami telah melakukan pendekatan ke departemen terkait. Namun, belum ada kebijakan yang berarti," tuturnya.
Di sisi lain, stimulus yang dapat mendorong pertumbuhan industri baja misalnya keringanan pajak untuk produsen dengan tujuan ekspor dan kebijakan fiskal lain yang mampu mendorong daya saing industri.