Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Smelter Diminta Konversi Listrik ke EBT, Pelaku Industri Siap?

Pelaku usaha smelter mengaku belum siap untuk beralih dari pembangkit bertenaga batu bara ke EBT
Pekerja beraktivitas di smelter aluminium PT Inalum di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Rabu (18/10/2023)/Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Pekerja beraktivitas di smelter aluminium PT Inalum di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Rabu (18/10/2023)/Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha menilai permintaan pemerintah perihal pengubahan sumber energi di pemurnian mineral atau smelter dari pembangkit berbasis batu bara ke energi baru terbarukan (EBT) sulit terealisasi dalam waktu dekat.

Sekjen Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan & Pemurnian Indonesia (AP3I), Haykal Hubeis mengatakan industri masih dihadapi sejumlah tantangan untuk mengganti sumber listrik dengan pembangkit listrik EBT. 

"Jika ditanya kesiapan di sisi smelter maka jawabannya sebagian besar smelter belum siap," kata Haykal kepada Bisnis, Jumat (27/9/2024). 

Setidaknya terdapat tiga alasan yang membuat industri smelter saat ini belum dapat mengkonversi penggunaan listrik ke EBT. Pertama, kebutuhan investasi atau modal untuk infrastruktur baru yang mendukung EBT seperti tenaga surya, angin, dan geothermal. 

Untuk melakukan penyesuaian teknologi dan major equipment yang berbasis batu bara dengan yang berbasis EBT membutuhkan investasi yang tidak murah dan tidak mudah, terlebih untuk smelter berskala menengah.

"Kedua, karena penggunaan energi pada smelter sangat besar maka stabilitas pasokan menjadi krusial," jelasnya. 

Di sisi lain, dia juga menyoroti banyak temuan yang mengatakan bahwa stabilitas pasokan energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin belum sampai pada tahap dapat diandalkan seperti batu bara.

"Sehingga wajar jika pengusaha smelter ragu apakah EBT mampu menjamin suplai energi yang konsisten," imbuhnya. 

Ketiga, kesiapan infrastruktur pendukung untuk EBT, seperti jaringan listrik atau penyimpanan energi yang dinilai masih ada keterbatasan di sejumlah wilayah di mana industri-industri smelter berada. 

"Jadi saya kira meski secara umum ada keinginan konversi ke EBT sebagai dukungan environmental sustainability dan regulasi pemerintah, namun sebagian besar di antara pelaku industri masih ragu atas kesiapan mereka sendiri," terangnya. 

Tak hanya itu, terdapat tantangan lainnya adalah bagaimana pemerintah menyajikan regulasi dan kebijakan terkait EBT itu sendiri khususnya yang berkaitan dengan tarif di sektor industri. 

Lebih lanjut, tantangan sumber daya manusia (SDM). Sebab, teknologi berbasis EBT butuh tenaga kerja dengan keterampilan khusus.

"Tantangan-tantangan ini menunjukkan bahwa implementasi EBT di industri smelter di Indonesia memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan koordinasi antara pemerintah, industri, serta penyedia teknologi dan energi," jelasnya.  

Terlebih, sumber daya energi yang diperlukan pada kapasitas produksi smelter berbeda-beda, makin besar kapasitas makin besar energinya. Jenis bahan baku mineral yang diproses pun menentukan sumberdaya yang diperlukan dan efisiensi teknologi di masing-masing smelter memengaruhi kebutuhan energi.

"Yang dibutuhkan adalah kestabilan pasokan energi, dukungan infrastruktur, teknologi yang proven, SDM yang kompeten," terangnya. 

Tak hanya itu, stimulus lain yang dapat mendorong industri smelter agar lebih hijau misalnya insentif pajak dan pembebasan bea masuk mesin. 

Haykal juga menyebut stimulus lain berupa subsidi bagi pihak yang melakukan investasi EBT hingga memberlakukan tarif yang menarik apabila ada kelebihan pasokan. 

"Stimulus efektif dan regulasi terarah dapat mempercepat konversi tersebut," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper