Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed dan BI Kompak Pangkas Suku Bunga, Sri Mulyani: Sesuai Harapan

Menkeu Sri Mulyani berharap pemangkasan suku bunga The Fed dapat berdampak pada perekonomian AS dan juga negara lainnya, termasuk Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani tiba di kompleks jelang Sidang Tahunan MPR dan Sidang bersama DPR dan DPD 2024 dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia di Jakarta, Jumat (16/8/2024). Dok. DPR
Menteri Keuangan Sri Mulyani tiba di kompleks jelang Sidang Tahunan MPR dan Sidang bersama DPR dan DPD 2024 dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia di Jakarta, Jumat (16/8/2024). Dok. DPR

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed memangkas suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebesar 50 bps telah sesuai harapan. 

Dirinya berharap pemangkasan tersebut dapat berdampak pada perekonomian AS dan juga negara lainnya, termasuk Indonesia. FFR yang menuju level 4,75% - 5% tersebut menjadi tanda berakhirnya tren higher for longer. 

“Itu suatu langkah yang sudah diantisipasi tentu dampaknya terhadap perekonomian diharapkan positif, baik pada ekonomi AS dan juga kepada seluruh dunia. Jadi penurunan ini adalah langkah yang memang kita harapkan,” ungkapnya di kompleks Parlemen, Kamis (19/9/2024). 

Pasalnya, kondisi higher for longer menjadi salah satu faktor yang memberikan dampak sangat besar terhadap kinerja perekonomian di negara-negara berkembang. 

“Bank sentral mulai menurunkan suku bung dari situasi higher for longer, tapi langkah ke depan masih menantang. Tetap ada potensi volatilitas di pasar keuangan dan arus global yang menciptakan risiko terutama bagi negara emerging,” papar Sri Mulyani. 

Sejalan dengan penurunan suku bunga FFR, Bank Indonesia juga telah lebih dahulu melakukan pemangkasan BI Rate sebesar 25 bps dari 6,25% menjadi 6% pada Rabu (18/9/2024).

Sebelumnya dalam Rapat Paripurna Pembicaraan Tingkat II/Pengambilan Keputusan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2025, Sri Mulyani menegaskan APBN dirancang untuk menjaga stablitas, inklusifitas, serta keberlanjutan. 

APBN juga dirancang dengan kewaspadaan terhadap berbagai risiko seperti tensi global, perlambatan ekonomi China yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia, hingga dinamika arah kebijakan AS menjelang dan sesudah pemilu. 

Terlebih, pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan masih akan lemah pada 2024 sebesar 3,2% dan pada tahun depan sebesar 3,3%. 

Selain itu, harga komoditas cenderung bergejolak ditengah lesunya kondisi global. Meski demikian, surplus neraca perdagangan Indonesia masih berlanjut dalam 52 bulan terakhir. 

“APBN 2025 dijaga tetap sehat dan kredibel untuk mendukung reformasi struktural di dalam rangka memperbaiki produktifitas dan daya saing ekonomi Indonesia,” lanjutnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper