Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed akan memulai tren pelonggaran kebijakan moneter dengan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin. The Fed juga memproyeksikan pemangkasan suku bunga ini akan berlanjut hingga 2026 mendatang.
Mengutip Reuters pada Kamis (19/9/2024), selain menyetujui pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin pada hari Rabu waktu AS, para pejabat the Fed juga mengeluarkan proyeksi suku bunga acuan dalam beberapa tahun ke depan atau disebut dot plot.
Proyeksi tersebut dituangkan dalam laporan Summary of Economic Projections (SEP) yang dikeluarkan The Fed. Dalam laporan tersebut, The Fed memproyeksikan suku bunga acuan akan turun setengah poin persentase atau 50 basis poin lagi pada akhir 2024.
Selanjutnya, pemangkasan sebesar satu poin persentase penuh atau 100 basis poin akan dilakukan pada 2025. Sehingga, suku bunga The Fed diproyeksikan berada di rentang 4,25%-4,5% pada akhir 2025.
Kemudian, pemangkasan akan dilanjutkan sebesar 50 basis poin dilakukan pada 2026. Dengan demikian, di akhir 2026, suku bunga acuan AS diprediksikan berada di 2,75%-3%.
Meski demikian, The Fed juga memperingatkan bahwa prospek di masa depan dipenuhi ketidakpastian.
Baca Juga
Adapun, langkah ini menandai perubahan signifikan dalam kebijakan moneter AS dan pengakuan atas semakin nyamannya The Fed dengan inflasi yang terus menurun menuju targetnya. Saat ini, angka inflasi AS berada sekitar setengah poin persentase di atas target The Fed.
Dalam sebuah konferensi pers, Gubernur The Fed Jerome Powell menyebut pihaknya percaya bahwa krisis inflasi tinggi di AS telah berakhir. Hal tersebut menjadi salah satu dasar The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar sebesar 50 basis poin. hingga kisaran 4,75%-5,00%.
“Kami memulai awal yang baik dengan baik dan saya sangat senang kami berhasil melakukannya. Logikanya, baik dari sudut pandang ekonomi maupun dari sudut pandang manajemen risiko, sudah jelas,” kata Powell.
Powell menyebut langkah pemangkasan ini sebagai kalibrasi ulang untuk memperhitungkan penurunan tajam inflasi sejak tahun lalu. Dia mencatat bahwa perekonomian tetap kuat namun bank sentral ingin tetap menjadi yang terdepan dan mencegah pelemahan di pasar kerja.
Sementara itu, para analis melihat kebijakan yang diambil Powell bertujuan utamanya untuk menghindari langkah yang tidak perlu dengan mengerek naik angka pengangguran demi mencapai target inflasi bank sentral sebesar 2%.
“Soft landing sudah bisa dicapai, yang akan memperkuat warisannya sebagai Gubernur The Fed,” kata Diane Swonk, Chief Economist di KPMG.
Powell juga mengatakan perekonomian AS tetap kuat. Hal ini terlihat dari banyak indikator pasar kerja seperti klaim pengangguran dan bahkan tingkat pengangguran sebesar 4,2% yang tidak berada pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Di sisi lain, dia juga menyoroti permasalahan serupa yang diangkat oleh para ekonom dan analis sehubungan dengan inflasi, bahwa diperlukan waktu agar perubahan dalam kebijakan moneter dapat menimbulkan dampak.
Selain itu dengan mempertimbangkan informasi yang bersifat anekdot dari perusahaan dan melambatnya tingkat perekrutan, The Fed merasa perlu untuk mencegah pelemahan pasar tenaga kerja lebih lanjut.
“Ada pemikiran bahwa waktu untuk mendukung pasar tenaga kerja adalah ketika pasar sedang kuat, dan bukan ketika Anda mulai melihat PHK,” kata Powell.
Sebelumnya, The Fed telah mempertahankan suku bunga acuannya pada kisaran 5,25%-5,50% sejak Juli lalu, mengakhiri tren kenaikan selama 18 bulan. Kenaikan suku bunga itu dimaksudkan untuk mengendalikan lonjakan inflasi, yang melonjak pada 2022 ke level tertinggi dalam 40 tahun. .
Powell menolak untuk menyatakan kemenangannya dalam hal ini, namun dia mengatakan inflasi kini mendekati target The Fed sebesar 2%. Selain itu, kondisi pasar tenaga kerja konsisten dengan tujuan bank sentral lainnya yaitu memaksimalkan lapangan kerja.