Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia melakukan impor beras cukup besar menjelang berakhirnya periode pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor beras Indonesia mencapai 3,05 juta ton atau senilai US$1,91 miliar sepanjang periode Januari hingga Agustus 2024.
“Total impor beras Januari hingga Agustus 2024 mencapai 3,05 juta ton atau senilai US$1,91 miliar,” kata Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam Rilis BPS, dikutip Rabu (18/9/2024).
Dalam paparan yang disampaikan Pudji, Thailand menjadi negara dengan impor beras terbesar ke Indonesia yakni sebanyak 1,13 juta ton atau senilai US$734,78 juta.
Selain Thailand, Indonesia juga mendatangkan beras impor dari Vietnam yakni sebanyak 870.000 ton atau senilai US$542,86 juta, dan Pakistan sebanyak 460.000 juta atau senilai US$290,56 juta sepanjang Januari-Agustus 2024.
Pudji menyebut, total impor beras memberikan andil sebesar 1,50% dari total impor nonmigas Indonesia.
Baca Juga
BPS mencatat, nilai impor mencapai US$20,6 miliar pada Agustus 2024. Nilai tersebut turun 4,92% (month-to-month/mtm) dibanding Juli 2024 atau meningkat 9,46% dibanding Agustus 2023.
Penyebab utama turunnya impor pada Agustus 2024 disebabkan oleh turunnya impor migas US$909,3 juta atau 25,56% dan nonmigas US$161,9 juta atau 0,89%.
Adapun penurunan impor migas dipicu oleh berkurangnya impor minyak mentah US$382,2 juta atau sebesar 35,11% dan hasil minyak US$527,1 juta atau 21,35%.
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilai impor Januari–Agustus 2024 tercatat meningkat sebesar US$4.864,8 juta atau 3,31%. Peningkatan ini dipicu oleh bertambahnya impor migas senilai US$1,77 miliar atau 7,93% dan nonmigas senilai US$3,08 miliar atau 2,47%.
BPS melaporkan, peningkatan nilai impor migas disebabkan oleh bertambahnya impor minyak mentah senilai US$155,5 juta atau 2,27% dan hasil minyak US$1.624,0 ribu atau 10,41%.
Tercatat, tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama periode ini adalah China senilai US$45,41 miliar atau 35,52% Jepang US$9,30 miliar atau 7,28%, dan Australia US$6,57 miliar atau 5,14%.
Sementara, BPS melaporkan bahwa impor nonmigas dari Asean mencapai US$22,69 miliar atau 17,75% dan Uni Eropa US$8,33 miliar atau 6,52%.