Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Motor Penggerak Ekonomi Hijau

Pembiayaan bak bensin dalam memacu perekonomian. Tentu saja, dalam hal mengedepankan ekonomi hijau, pembiayaan khusus di sektor ini jadi motor penggerak utama.
Ekonomi hijau dan transisi energi/ilustrasi
Ekonomi hijau dan transisi energi/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA -- Tekanan permintaan penggunaan energi hijau dan pengembangan ekonomi rendah karbon semakin tinggi demi menyelamatkan bumi dari pemanasan global. Kendati demikian, perkara pembiayaan masih menjadi tantangan yang perlu dijawab demi memenuhi ekspektasi.

CEO Standard Chartered Group Bill Winters mengungkapkan masih ada tantangan makroekonomi global yang berdampak pada proses transisi energi sehingga peran embiayaan dalam memerangi perubahan iklim menjadi krusial. Bill juga menggarisbawahi kontribusi Standard Chartered terhadap upaya mempercepat transisi energi.

Bill memberikan gambaran lanskap makroekonomi global saat ini. Meski ketegangan geopolitik dan tekanan inflasi telah menciptakan ketidakpastian di pasar global, terdapat juga sejumlah wilayah yang kuat, termasuk kawasan seperti Asia Tenggara masih mampu menunjukkan kinerja ekonomi yang kuat.

Dia menjelaskan Standard Chartered, sebagai bank internasional yang memiliki jangkauan di negara-negara dinamis di dunia, memiliki posisi strategis mendorong pertumbuhan keuangan berkelanjutan dan menghubungkan permodalan ke tempat-tempat yang memerlukannya.

Bill turut menjelaskan komitmen Standard Chartered memobilisasi dana senilai US$300 miliar dalam pendanaan ramah lingkungan hingga 2030. Dirinya juga mengungkapkan bahwa dalam periode Januari 2021 hingga September 2023, Standard Chartered telah menyalurkan US$87,2 miliar dalam pendanaan terkait perubahan iklim.

“Kami membuat komitmen finansial yang signifikan, dan kami telah melihat keuntungan yang besar. Faktanya, kami memperkirakan keuangan berkelanjutan akan menjadi salah satu penghasil keuntungan utama bagi bank, yang berpotensi menyumbang 10% dari pendapatan grup kami dalam waktu dekat," jelasnya dikutip Jumat (13/9/2024).

Selain itu, Bill menekankan peran Standard Chartered dalam membantu upaya transisi para kliennya ke model bisnis yang lebih berkelanjutan, lewat pemberian solusi dan produk keuangan berkelanjutan yang menjawab tantangan, dan mendukung pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan.

“Kami menyadari bahwa transisi menuju emisi nol tidak dapat terjadi dalam semalam, dan kami berkomitmen untuk membantu klien kami melakukan dekarbonisasi bisnis mereka dan memastikan masa depan yang berkelanjutan.”

PEMBIAYAAN BERKELANJUTAN

Dia melihat peluang dari keuangan berkelanjutan sebagai pendorong pertumbuhan, bisnis keuangan berkelanjutan Standard Chartered telah menghasilkan lebih dari US$720 juta antara Januari dan Desember 2023.

Sebagai perbandingan, Standard Chartered memiliki target jangka panjang perolehan pendapatan US$1 miliar setiap tahunnya dari seluruh lini bisnis hingga tahun 2025.

“Kami telah membuktikan dapat memberikan dampak nyata sekaligus meraih keuntungan finansial yang besar. Ini adalah masa depan perbankan—dimana profitabilitas dan tujuan hidup berjalan beriringan,” tambahnya.

Bill menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk mengembangkan platform investasi yang kuat untuk proyek-proyek ramah lingkungan. Tanpa adanya struktur itu, dirinya percaya bahwa akan sulit untuk menarik modal yang diperlukan untuk mencapai target iklim yang begitu ambisius.

Ekonom Senior Chatib Basri memberikan perumpamaan “Chicken and Egg”, seringkali pemerintah berfokus pada penggalangan pendanaan dari investor, sementara para investor mengharapkan pemerintah menyediakan platform dan kerangka peraturan yang diperlukan terlebih dahulu.

Menanggapi hal itu, Bill menekankan perlunya kolaborasi dan inovasi, dan menyarankan menciptakan proyek-proyek yang bankable dengan kerangka kerja yang jelas akan memberikan kepercayaan yang dibutuhkan investor untuk memberikan modal pada usaha yang berkelanjutan.

Lebih lanjut, Bill juga membahas hambatan besar yang masih ada dalam mempercepat transisi global menuju perekonomian rendah karbon. Secara khusus, dia mencatat bahwa ketidakpastian global—yang didorong oleh kekhawatiran inflasi, ketidakstabilan geopolitik, dan fluktuasi harga energi—telah menghambat tingkat investasi yang diperlukan untuk memenuhi target iklim internasional.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper