Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Mau Impor 1 Juta Sapi Perah untuk Makan Bergizi Gratis, Pakannya dari Mana?

Rencana impor 1 juta ekor sapi perah hingga membuat megafarm untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis dinilai tak masuk akal mengingat lahan pakan terbatas.
Pekerja memerah susu sapi di salah satu peternakan sapi perah di kawasan Tegal Parang, Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pekerja memerah susu sapi di salah satu peternakan sapi perah di kawasan Tegal Parang, Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana pemerintah untuk mengimpor 1 juta ekor sapi perah hingga membuat megafarm untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis dinilai tidak masuk akal mengingat lahan pakan di Indonesia terbatas.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menyampaikan, dibutuhkan sumber pakan yang sangat besar untuk memelihara sapi perah. Namun, saat ini tidak mudah untuk mendapatkan pakan untuk sapi perah. Pun ada alternatif lain seperti tebon jagung, harganya cukup mahal. 

“Kalaupun dipaksakan memelihara sapi perah, berarti kan harus tersedia sumber pakan yang sangat besar. Dari mana sumber pakannya?” ujar Dwi Andreas kepada Bisnis, Kamis (12/9/2024). 

Pertanyaan lain yang kemudian muncul yaitu siapa yang akan memelihara sapi-sapi tersebut. Menurut pengalaman jaringan taninya, Dwi menyebut bahwa peternakan rakyat hanya untung di musim penghujan lantaran pakan tersedia.

Sebaliknya, di musim kemarau, para peternak mengalami kerugian karena minimnya sumber pakan. Sapi perah ini terkadang juga terpaksa disembelih di kala harga daging mengalami peningkatan. 

“Jadi pemeliharaan sapi perah di Indonesia itu relatif mahal,” ujarnya.

Jika pemerintah tetap memaksakan untuk menambah populasi sapi di Indonesia, kemungkinan sapi perah hanya bertambah sekitar 100.000 ekor hingga 200.000 ekor saja. Hal ini berkaca dari rata-rata populasi sapi perah di Indonesia yang hanya sekitar 500.000 ekor per tahunnya.

Tercatat pada 2021, populasi sapi perah di Indonesia mencapai 582.000 ekor. Populasinya mengalami penurunan sebesar 12% atau menjadi 507.000 pada 2022. Penurunan ini terjadi karena adanya penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyebabkan populasi sapi perah Indonesia stagnan selama puluhan tahun terakhir di level 500.000-an ekor. 

“Dipaksakan kayak apapun itu, paling bertambahnya segitu. Jangan bermimpi bisa bertambah 1 juta ekor,” pungkasnya. 

Diberitakan sebelumnya, pemerintah berencana membuka keran impor 1 juta ekor sapi perah untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kemetan) Agung Suganda menyampaikan, total 1 juta ekor sapi perah ini untuk memenuhi kebutuhan 5 tahun mendatang sehingga diharapkan Indonesia bisa swasembada susu pada 2029.

“Kita upayakan bahwa 1 juta selama 5 tahun itu, di  2029 kita bisa mencapai swasembada [susu],” kata Agung di Kompleks Parlemen, Jumat (6/9/2024).

Selain mendatangkan sapi dari Australia, pemerintah tengah mempertimbangkan negara lain seperti Brazil. Untuk itu, pemerintah tengah merampungkan revisi kedua Peraturan Pemerintah (PP) No.4/2016 tentang Pemasukan Ternak dan/atau Produk Hewan dalam Hal Tertentu yang Berasal dari Negara atau Zona dalam Suatu Negara Asal Pemasukan.

Pemerintah juga berupaya untuk menarik investor untuk mau berinvestasi di Indonesia. Kementan sebelumnya mengklaim, sebanyak 48 investor menyatakan siap mendukung pengadaan susu dalam program MBG.

Terbaru, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa perusahaan pertanian asal Qatar, Baladna, akan berinvestasi untuk peternakan sapi perah di Indonesia.

Amran lantas memberikan lampu hijau usai perusahaan ini diketahui mampu memproduksi 2 juta ton susu per tahunnya.

“Dalam diskusi dengan Dubes Ridwan, terungkap bahwa Baladna siap membantu program makan bergizi gratis dengan berinvestasi untuk peternakan sapi perah di Indonesia untuk mensuplai kebutuhan susu di Indonesia,” demikian mengutip keterangan resmi Kementerian Pertanian (Kementan), Rabu (11/9/2024).

Amran mengharapkan, hadirnya Baladna dapat membantu menekan impor susu, sekaligus mendorong Indonesia mencapai swasembada susu pada 2029. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper