Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Diprediksi Potong Suku Bunga Tiga Kali pada Sisa 2024, Ini Alasannya

The Fed diperkirakan akan melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak 3 kali pada sisa tahun ini.
Bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, 14 Juni 2022./REUTERS-Sarah Silbiger
Bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, 14 Juni 2022./REUTERS-Sarah Silbiger

Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed, diprediksi akan melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak tiga kali pada sisa tahun 2024.

Laporan Economist Intelligence yang dikutip pada Kamis (12/9/2024) menyebut, kinerja perekonomian AS yang kuat dan inflasi yang relatif stabil telah menunda pemotongan pertama suku bunga oleh The Fed. 

Namun, dengan pertumbuhan AS yang kini melambat dan indikator pasar tenaga kerja memburuk, The Fed diprediksi akan segera melakukan pemangkasan suku bunga. Laporan tersebut memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga pada September mendatang.

Pemangkasan suku bunga kemudian diprediksi akan terjadi sebanyak dua kali lagi. Dengan demikian, secara total pemangkasan suku bunga diproyeksikan terjadi sebanyak tiga kali pada rentang September-Desember 2024

“The Fed kami proyeksikan memulai memotong suku bunga pada pertemuan September dan kemudian dua pemotongan lebih lanjut sebelum akhir 2024 dengan total pemangkasan sebesar 75 basis poin,” demikian kutipan laporan tersebut.

Kebijakan yang dilakukan The Fed ini sebagian akan menutup divergensi yang muncul dalam kebijakan moneter global, dengan Bank Sentral Eropa (ECB) dan bank sentral Inggris, Bank of England, mulai menurunkan suku bunga kebijakannya masing-masing pada Juni dan Agustus.

Di sisi lain, Economist Intelligence juga memproyeksikan tidak ada satu pun dari bank sentral yang akan menurunkan suku bunga kebijakannya di bawah 2% selama lima tahun ke depan.

“Secara khusus, The Fed terkendala oleh kebijakan perdagangan dan imigrasi yang cenderung bersifat inflasi di bawah Donald Trump,” jelasnya.

Sementara itu, di China, kebijakan yang longgar akan dipertahankan untuk mencegah risiko deflasi. Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), diperkirakan akan menormalisasi kebijakan secara bertahap setelah keluar dari tren suku bunga negatif. 

Namun, laporan tersebut memperinci pemerintah Jepang tidak akan mampu melakukan hal tersebut dengan cepat karena lemahnya permintaan dalam negeri dan tekanan yang ditimbulkan oleh suku bunga pinjaman yang lebih tinggi terhadap keuangan publik Jepang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper