Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Inflasi China pada Agustus 2024 di Bawah Ekspektasi

Lemahnya permintaan mengurangi peluang China mencapai sasaran pertumbuhan sekitar 5% karena masyarakat menunda belanja dan dunia usaha memangkas upah.
Seorang pria berjalan di Shenzhen, provinsi Guangdong, China 26 September 2021./Reuters
Seorang pria berjalan di Shenzhen, provinsi Guangdong, China 26 September 2021./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi China naik di bawah perkiraan pada Agustus 2024, menambah tanda-tanda bahwa para pengambil kebijakan sedang berjuang untuk menggenjot belanja rumah tangga karena target pertumbuhan tahunan berada di bawah tekanan.

Mengutip Bloomberg pada Senin (9/9/2024), Biro Statistik Nasional China menyebut Indeks harga konsumen (IHK) meningkat 0,6% dari tahun sebelumnya. Catatan tersebut naik tipis dibandingkan dengan kenaikan sebesar 0,5% pada Juli 2024, tetapi di bawah perkiraan median sebesar 0,7% dalam survei ekonom Bloomberg.

Harga-harga di tingkat pabrik atau factory gate prices masih terjebak dalam deflasi, seperti yang terjadi sejak akhir tahun 2022, dengan indeks harga produsen turun 1,8% dari tahun sebelumnya. Catatan tersebut lebih besar dari perkiraan para ekonom yang memperkirakan penurunan sebesar 1,5% dan penurunan pada bulan Juli sebesar 0,8%.

Dong Lijuan, Chief Statistician di Biro Statistik Nasional China menyebut, laju inflasi yang di bawah ekspektasi ini sebagian dipicu oleh kenaikan harga pangan akibat cuaca buruk.

“Pada bulan Agustus, dipengaruhi oleh suhu tinggi, cuaca hujan, dan faktor lainnya, CPI nasional meningkat secara musiman dibandingkan bulan sebelumnya, dan peningkatan tahun-ke-tahun terus meningkat,” kata Dong dalam pernyataan yang menyertai rilis tersebut.

Lemahnya permintaan mengurangi peluang China mencapai sasaran pertumbuhan sekitar 5% karena masyarakat menunda belanja dan dunia usaha memangkas upah.

Mantan Gubernur bank sentral China Yi Gang telah meminta para pembuat kebijakan untuk fokus memerangi tekanan deflasi saat ini juga. Hal ini menandai pengakuan yang jarang dilakukan oleh seorang tokoh terkemuka China mengenai perjuangan negara tersebut dalam menghadapi penurunan harga.

“Secara keseluruhan kita mempunyai permasalahan lemahnya permintaan domestik, terutama dari sisi konsumsi dan investasi, sehingga memerlukan kebijakan fiskal yang proaktif dan kebijakan moneter yang akomodatif,” kata Yi pada Bund Summit di Shanghai, Jumat pekan lalu. 

The People’s Bank of China (PBOC) masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga, menurut Zou Lan, kepala departemen kebijakan moneter bank sentral yang mencatat pekan lalu bahwa rasio persyaratan cadangan rata-rata untuk lembaga keuangan berada di sekitar 7%.

Para analis telah memperkirakan penurunan suku bunga lebih lanjut dan pengurangan jumlah uang yang harus disimpan oleh pemberi pinjaman, dengan bulan September dipandang sebagai jendela yang potensial.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper