Bisnis.com, MANGUPURA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengharapkan momentum Indonesia Africa-Forum (IAF) 2024 menjadi peluang pelaku usaha Indonesia untuk memperluas akses pasar nontradisional ke negara-negara Afrika.
Ketua Kadin Arsjad Rasjid mengatakan, pertemuan Indonesia dan Afrika yang kedua ini banyak menghasilkan kesepakatan antarpelaku usaha kedua negara. Namun, dia berharap pelaku usaha menengah, kecil, mikro (UMKM) juga dapat lebih memanfaatkan peluang ini.
"Sekarang kita harus melihat Afrika ini menjadi opsi nontradisional market yang harus kita pahami yang mana perlu waktu dan edukasi juga perlu dilakukan untuk diterapkan di dunia usaha," kata Arsjad kepada Bisnis di sela-sela IAF 2024, dikutip Rabu (4/9/2024).
Arsjad meyakini Afrika memiliki potensi besar mengingat populasi yang besar dan beberapa negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang mencapai 8%. Tak heran, Afrika dilihat sebagai pasar yang menjanjikan.
Selain itu, Indonesia dinilai sudah lebih mumpuni dari segi pengembangan teknologi hingga produk. Dia melihat kerja sama yang bisa dikembangkan pelaku usaha di kedua negara ada di berbagai sektor seperti produk manufaktur tekstil, energi, hingga digitalisasi.
"Currently, misalnya tekstil, mungkin tekstil juga harus melihat mungkin mengirim barang jadi kita ke Afrika, itu juga jadi suatu hal yang potensial karena balik tadi Afrika ini jangan dikira tidak ada development," jelasnya.
Baca Juga
Namun, dia tak memungkiri masih ada keraguan dari pelaku usaha untuk memperluas akses pasar ke Afrika. Saat ini, baru perusahaan-perusahaan besar yang berani untuk ekspansi bisnis ke kawasan tersebut.
Ke depannya, Kadin berharap UMKM yang juga dapat membangun hubungan dan koneksi dengan pasar Afrika sehingga produk home industry dapat diekspor ke Afrika.
"Kadin memikirkan untuk membangun yang namanya kita sudah ada program Kadin Trade in House, juga menyiapkan gudang warehousing, tapi ini tahapan yang harus kita laksanakan. Awalnya edukasi dan harapannya UMKM juga bisa ke sana," jelasnya.
Di sisi lain, Arsjad juga menyinggung peluang untuk memperdalam potensi kekayaan sumber daya mineral Afrika. Afrika dapat menjadi mitra yang cocok dengan Indonesia untuk membangun ekosistem kendaraan listrik (EV).
"Nggak semua mineral yang dibutuhkan untuk ekosistem EV itu ada di Indonesia sebagai contoh kita punya nikel, tetapi nggak ada litium, tetapi Afrika punya," imbuhnya.
Lebih lanjut, Arsjad juga menyoroti bisnis yang dikembangkan Pertamina dalam hal eksplorasi dan pembangunan industri upstream minyak dan gas bumi di enam negara Afrika dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
"Ini penting, contoh upstream bicara minyak, sekarang ini negara manapun membutuhkan minyak karena bagian dari subsidi yang kita lakukan, ini kita sekarang ini membayar subsidi, kalau kita bisa mendapatkan minyak yang lebih murah dengan lower cost ataupun dimiliki oleh kita asetnya kan akan balik value-nya ke Indonesia," pungkasnya.