Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani atau NTP pada Agustus 2024 naik tipis dibanding bulan sebelumnya.
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan, NTP pada Agustus 2024 tercatat sebesar 119,85 atau naik tipis 0,20% (month-to-month/mtm) dibanding Juli 2024.
“Kenaikan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani atau It naik 0,08%, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan 0,12%,” kata Pudji dalam Rilis BPS, Senin (2/9/2024).
Pudji menyampaikan, komoditas yang dominan memengaruhi kenaikan indeks harga yang diterima petani secara nasional yaitu gabah, kelapa sawit, jagung, dan kentang.
Secara terperinci, peningkatan NTP tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan di mana tercatat naik 1,78%. Kenaikan ini didorong oleh naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,63%, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,15%.
Adapun, gabah, jagung, dan kacang tanah menjadi komoditas yang memengaruhi kenaikan indeks harga yang diterima petani pada subsektor tanaman pangan.
Baca Juga
Penurunan NTP terdalam terjadi pada subsektor hortikultura yang tercatat turun sebesar 3,78%. Pudji menyebut, penurunan ini terjadi lantaran indeks harga yang diterima petani turun sebesar 3,93%, lebih dalam dari penurunan indeks harga yang dibayarkan petani yang turun 0,15%.
“Komoditas yang dominan pengaruhi indeks harga yang diterima petani adalah bawang merah, tomat, dan kol/kubis,” ujarnya.
Sementara itu, Pudji melaporkan bahwa nilai tukar usaha petani (NTUP) pada Agustus 2024 turun sebesar 0,04% dibanding Juli 2024. Penurunan NTUP terjadi lantaran indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan 0,08%, lebih rendah dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,12%.
Adapun, komoditas yang dominan memengaruhi kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal secara nasional yaitu jerami, upah pemanenan, bensin/solar, dan upah penanaman.
Peningkatan NTUP tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan yang tercatat naik 1,47%, sedangkan penurunan terdalam terjadi pada subsektor hortikultura sebesar 3,80%.