Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Sawit Lesu, Sumbangan Devisa Turun Jadi US$9,78 Miliar per Mei 2024

Pada 2022, devisa dari sawit sempat mencapai US$37,76 miliar, lalu moderasi harga komoditas membuatnya turun jadi US$29,54 miliar pada 2023 dan terus berlanjut.
Foto aerial perkebunan sawit di Riau. / Bisnis-Himawan L Nugraha
Foto aerial perkebunan sawit di Riau. / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, BELITUNG TIMUR — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan kinerja ekspor sawit dan turunannya yang melambat, berdampak pada kontribusi terhadap devisa negara yang ikut menurun menjadi US$9,78 miliar per Mei 2024.

"Sampai dengan Mei 2024 kontribusi sawit terhadap devisa negara adalah US$9,78 miliar atau di sini 10,01% dari ekspor kita nonmigas," ungkap Ketua Umum Gapki Eddy Martono dalam Press Tour Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian di ANJ Learning Center, Selasa (27/8/2024).

Eddy menjelaskan dalam lima tahun terakhir, kontribusi ekspor pada 2020 senilai US$22,7 miliar dan meningkat pada 2021 ke angka US$34,9 miliar.

Kontribusi ekspor sawit sempat mencapai puncaknya pada 2022 dengan nilai US$37,76 miliar. Meski demikian, sejalan dengan moderasi harga komoditas, sumbangan devisa sawit menurun ke posisi US$29,54 miliar pada 2023 dan bahkan per Mei 2024 baru mencapai US$9,78 miliar.

Meski demikian, Eddy menyadari bahwa dalam lima tahun terakhir produksi sawit mengalami stagnansi dan produktivitas kebun sawit tidak terlalu menggembirakan.

"Kenapa demikian? Karena memang kita seharusnya sudah melakukan replanting, utamanya untuk sawit rakyat. Nah ini kita agak terlambat di sini yang peremajaan sawit rakyat, sehingga produktivitas kita bukannya naik malah justru turun produktivitasnya, produksi kita stagnan," tegasnya.

Eddy memaparkan pada dasarnya produksi selama 2020—2022 mengalami stagnan, terutama pada 2022 karena adanya larangan ekspor. Volumen pun cenderung menurun pada masa tersebut.

Di mana produksi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) pada 2020 sevanyak 51,58 juta ton, kemudian sedikit menurun pada 2022 menjadi 51,3 juta ton.

Penurunan terus berlanjut pada 2022 dengan produksi mencapai 51,25 juta ton dan kemudian naik pada 2023 ke angka 54,84 juta ton. 

Sementara sepanjanh tahun ini hingga Mei 2024, perkebunan sawit di Indonesia telah berhasil memproduksi CPO dan PKO sebanyak 22,15 juta ton. 

Stagnansi maupun penurunan produksi pun tercermin dari kinerja PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT). Direktur Austindo Nusantara Jaya (ANJ) Group Moch. Fitriansyah mengamini bahwa produksi pada semester I/2024 menurun dari periode yang sama dari tahun lalu. Namun dirinya tak menyebutkan total produksinya. 

Fitriansyah melihat secara siklus, biasanya produksi sawit akan lebih banyak pada paruh kedua setiap tahunnya. Masih terdapat tantangan dalam produksi sawit, utamanya berasal dari cuaca kering di kawasan Belitung Timur. Fitriansyah berharap pada semester dua ini, cuaca akan membaik dan produksi mengalami kenaikan meski tak sebesar yang diharapkan. 

"Tantangan yang kedua, suplai dari buah luar. Semakin menurun karena di sini itu ada pabrik kelapa sawit yang tanpa kebun jadi supply buah luar kami itu berkurang karena ada pabrik kelapa sawit yang didirikan tanpa ada kebun dan ini cukup meresahkan," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper