Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Suryo Utomo buka suara soal target penerimaan pajak 2025 yang melonjak 10,07% dari target tahun ini menjadi Rp2.189,3 triliun.
Suryo mengaku pihaknya belum membahas lebih lanjut soal target pendapatan tersebut. Ke depan, pemerintah dan DPR akan membahas strategis untuk mencapai target tersebut.
"Belum dibahas, sekarang baru paripurna untuk 2023. [Strateginya] ekstensifikasi dan intensifikasi yang jelas," tuturnya usai menghadiri Penyampaian Pokok-pokok RUU tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN ΤΑ 2023 di DPR, Selasa (20/8/2024).
Pada dasarnya, rencana tahun depan penerimaan pajak akan berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mencapai Rp27,1 triliun dan Pajak Lainnya senilai Rp7,8 triliun.
Selain itu, juga ditopang oleh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang mencapai Rp945,1 triliun.
Kemudian Pajak Penghasilan (PPh), migas dan nonmigas, yang senilai Rp1.209,3 triliun atau tumbuh 13,8% dari outlook tahun ini. Padahal, outlook tahun ini PPh hanya akan tumbuh 0,1% dari 2023.
Baca Juga
Mengingat, adanya moderasi harga komoditas yang akan mempengaruhi sumbangan pajak dari PPh Badan yang merupakan kontributor utama dalam penerimaan PPh.
Meski demikian, Suryo optimistis di sisa tahun ini dan tahun depan harga komoditas akan mengalami perbaikan dan peningkatan.
"PPh itu kan lihat dinamika ekonomi aja lah, tahun ini kan kondisi ekonomi harga komoditas turun banget, harapannya tahun depan meningkat," ujarnya.
Ke depan, bila mana ekonomi dan harga komoditas terus membaik, pihaknya akan terus melakukan dinamisasi atau penghitungan kembali angsuran PPh Pasal 25 (PPh Badan) karena perusahaan mengalami kenaikan profit.
Sebelumnya, Pengamat Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar menilai target tersebut terlampau optimistis dengan rencana kenaikan Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 13,8%, dari Rp1.062,3 triliun (outlook 2024) menjadi Rp1.209,3 triliun pada tahun depan.
"Untuk kenaikan target penerimaan PPh yang sampai double digit, saya melihatnya masih terlalu optimistis," ujarnya kepada Bisnis, dikutip Selasa (20/8/2024).