Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja perdagangan luar negeri Indonesia yakni ekspor dan impor periode Juli 2024 diperkirakan akan tumbuh melambat. Kondisi ini membuat Neraca Perdagangan Indonesia Juli 2024 masih akan mencatatkan surplus beruntun.
Ekonom Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang memperkirakan perlambatan kinerja ekspor tercermin dari dengan kondisi PMI Manufaktur Juli 2024 yang masuk zona kontraksi.
“Di awal bulan ada rilis PMI Manufaktur yang mana itu terkontraksi. Kami perkirakan kinerja ekspor dan impor melambat namun neraca perdagangan secara keseluruhan di periode Juli ini masih bisa melanjutkan surplus US$1,3 miliar,” ujarnya, Rabu (14/8/2024).
Menurutnya, perdagangan Indonesia dapat lanjut mencetak surplus seiring harga-harga komoditas unggulan yang mulai mencatatkan kenaikan. Dia berharap hingga kinerja surplus ini ekan terjaga seiring adanya sentimen penurunan suku bunga bank sentral AS atau Fed Fund Rate (FFR) akan mengungkit aktivitas ekonomi global.
Pada akhirnya, permintaan ekspor dapat pulih dan mendorong pengiriman barang ke luar Indonesia.
Lain kesempatan, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal mengungkapkan penurunan kinerja manufaktur yang terjadi menyoroti lesunya permintaan pasar global dan domestik.
Baca Juga
Dirinya mengkhawatirkan, impor untuk bahan baku dan penolong yang selama ini sudah menunjukkan kontraksi, akan berlanjut.
“Ekspor kita tumbuhnya relatif lambat terutama untuk manufaktur. Walaupun demikian, impor juga relatif melambat sehingga surplus masih di kisaran US$1 miliar – US$2 miliar,” ungkapnya, Rabu (14/8/2024).
Prediksi dari Hosianna maupun Faisal terpantau lebih rendah dari realisasi Juni 2024 dengan surplus berada di angka US$2,39 miliar. Surplus ini berasal dari sektor nonmigas US$4,43 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$2,04 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan melaporkan kinerja ekspor, impor, dan neraca perdagangan pada hari ini, Kamis (15/8/2024) pukul 11.00 WIB.