Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jerman mengirimkan surat perintah penangkapan kepada pemerintah Polandia sehubungan dengan pelaku serangan terhadap jaringan pipa Nord Stream pada 2022 lalu. Namun, tersangka itu dikabarkan telah meninggalkan negara tersebut.
Mengutip Reuters pada Kamis (15/8/2024), seorang Jaksa Polandia mengatakan surat penangkapan tersebut adalah untuk seorang pria Ukraina bernama Volodymyr Z. Dia menyebut, pelaku bisa keluar dari Polandia karena pihak Jerman tidak memasukkan namanya dalam database orang-orang yang dicari.
Jaringan pipa Nord Stream 1 dan 2 bernilai miliaran dolar AS yang mengangkut gas di bawah Laut Baltik putus akibat serangkaian ledakan pada September 2022, tujuh bulan setelah Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina.
Penyelidik Jerman yakin bahwa Volodymyr Z, seorang penyelam asal Ukraina, adalah bagian dari tim yang memasang bahan peledak tersebut, demikian laporan surat kabar SZ dan Die Zeit bersama stasiun penyiaran ARD, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Juru bicara Kantor Kejaksaan Nasional Polandia, Anna Adamiak, mengatakan pihak berwenang Jerman mengirimkan surat perintah Eropa ke Kantor Kejaksaan Distrik di Warsawa pada Juni lalu untuk Volodymyr Z sehubungan dengan proses yang dilakukan terhadapnya di Jerman.
Dalam keterangannya, Adamiak mengatakan, Volodymyr Z tidak ditahan karena telah meninggalkan wilayah Polandia pada awal Juli lalu dengan melintasi perbatasan Polandia-Ukraina.
Baca Juga
"Penyeberangan bebas perbatasan Polandia-Ukraina oleh orang yang disebutkan di atas dimungkinkan karena pihak berwenang Jerman tidak memasukkannya ke dalam database orang yang dicari. Ini berarti Penjaga Perbatasan Polandia tidak memiliki pengetahuan dan alasan untuk menahan Volodymyr Z,” jelas Adamiak
Adapun, hukum Polandia tidak mengizinkan publikasi nama lengkap tersangka dalam investigasi kriminal. Sementara itu, pihak Jerman mengatakan hubungannya dengan Ukraina tidak terdampak karena penyelidikan Nord Stream ini.
“Prosedur tersebut tidak ada hubungannya dengan apa yang digambarkan oleh Kanselir (Olaf Scholz) sebagai dukungan pertahanan Ukraina terhadap perang agresi ilegal Rusia, selama diperlukan,” tambah juru bicara pemerintahan Jerman.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Ukraina hingga saat ini belum memberikan komentar terkait kejadian tersebut. Kantor kejaksaan federal Jerman juga menolak mengomentari laporan media tersebut.
Adapun, sepasang suami istri, seorang pria dan seorang wanita yang juga instruktur selam asal Ukraina juga telah diidentifikasi dalam penyelidikan Jerman atas sabotase jaringan pipa gas ini. Namun, laporan dari SZ, Zeit dan ARD menyebut sejauh ini tidak ada surat perintah penangkapan yang dikeluarkan untuk keduanya.
Wanita tersebut mengatakan kepada stasiun TV Jerman, Welt, pada Rabu waktu setempat bahwa baik dia maupun suaminya tidak terlibat. Dia juga mengatakan dirinya berada di Kyiv, ibu kota Ukraina, pada saat serangan pipa terjadi.
Ledakan tersebut menghancurkan tiga dari empat jaringan pipa Nord Stream, yang telah menjadi simbol kontroversial ketergantungan Jerman pada gas Rusia setelah invasi Moskow ke Ukraina.
Rusia menyalahkan Amerika Serikat, Inggris dan Ukraina atas ledakan tersebut, yang sebagian besar memutus pasokan gas Rusia dari pasar Eropa yang menguntungkan. Negara-negara tersebut membantah terlibat.
Jerman, Denmark, dan Swedia semuanya membuka penyelidikan atas insiden tersebut. Dalam penyelidikannya, otoritas Swedia menemukan jejak bahan peledak pada beberapa benda yang ditemukan dari lokasi ledakan dan membenarkan bahwa aksi tersebut adalah tindakan yang disengaja. Investigasi di Swedia dan Denmark ditutup pada Februari 2024 tanpa adanya identifikasi tersangka.