Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut faktor geopolitik menjadi isu dalam industri keuangan yang harus diwaspadai ke depan. Selain itu kondisi beberapa negara yang masih cukup resilien, utamanya di AS dan negara emerging markets turut menjadi pemberat arah perekonomian ke depan.
“Perlu diperhatikan faktor risiko seperti perkembangan konflik geopolitik di Timur tengah dan Ukraina serta gangguan jalur perdagangan di laut merah yang berpotensi memicu peningkatan harga komoditas dan inflasi ke depan,” pungkas Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK Aman Santosa dalam Laporan Surveillance Perbankan Indonesia (LSPI) kuartal I/2024 dikutip Jumat (9/8/2024).
Menurut Aman, pergerakan dan kondisi pasar keuangan global pada kuartal I-2024 masih dipengaruhi oleh stance kebijakan moneter bank sentral untuk mempertahankan suku bunga acuannya lebih lama, alias high for longer. Hal ini sejalan dengan tingkat inflasi yang masih belum mencapai target.
Baca Juga
Sementara itu, seiring ekonomi domestik tumbuh sebesar 5,11% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal I/2024, OJK mencatat pertumbuhan tersebut didorong oleh angka konsumsi domestik dan investasi yang terbilang kuat, serta naiknya ekspor dan pengeluaran oleh pemerintah.
Aman menyebut bahwa salah satu investasi yang dimaksud berkaitan dengan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur. Selain itu, pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 juga memicu pertumbuhan pengeluaran pemerintah, khususnya dalam hal kenaikan realisasi belanja barang.
Adapun, dalam periode laporan tersebut, OJK memaparkan bahwa kondisi perekonomian global masih terdivergensi dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. IMF dalam World Economic Outlook (WEO) April 2024 memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia pada 2024 tumbuh sebesar 3,2% yoy, stabil dari pertumbuhan tahun sebelumnya.