Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh melambat ke level 4,99% (year-on-year/yoy) pada kuartal II/2024.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai secara umum, ekonomi Indonesia relatif melemah pada April hingga Juni 2024 atau kuartal II/2024 dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,11% (yoy).
“Pertumbuhan PDB kemungkinan melambat di kuartal II/2024. Kami mengestimasi PDB akan tumbuh sebesar 4,99%,” ungkapnya dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (4/8/2024).
Riefky melihat kondisi ekonomi yang lemah ini karena tidak adanya faktor musiman yang memicu aktivitas ekonomi, tingginya ketidakpastian global, dan berlanjutnya permasalahan struktural berdampak negatif terhadap pertumbuhan PDB.
Lebih lanjut, dia menilai ketidakpastian mengenai arah kebijakan oleh pemerintahan mendatang juga mendorong masyarakat cenderung menahan konsumsinya dan investor bersikap wait-and-see.
Meski demikian, Riefky menambahkan performa neraca perdagangan membaik di kuartal II/2024, yang tercermin dari surplus perdagangan tercatat sebesar US$8,04 miliar.
Baca Juga
Hal ini didorong oleh naiknya permintaan global untuk beberapa komoditas dan naiknya harga komoditas lainnya, meningkat sebesar 2,82% (yoy) dari periode yang sama tahun lalu dan 8,42% (yoy) peningkatan dari kuartal sebelumnya.
Selain itu, Riefky menyoroti Indonesia memiliki realisasi investasi yang sesuai target, didorong oleh tingginya Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal II/2024.
Data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjelaskan realisasi investasi pada kuartal II/2024 senilai Rp428,4 triliun.
Terdiri dari PMA mencapai Rp217,3 triliun, tumbuh 6,3% secara kuartalan atau 16,6% secara tahunan. Sementara penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada periode yang sama mencatatkan realisasi sebesar Rp211,1 triliun dengan pertumbuhan yang lebih tinggi, sebesar 7,1% secara kuartalan atau 29,1% secara tahunan.
Sebaliknya, ketidakpastian global menyusul sentimen terkait langkah the Fed yang terus berubah serta ketidakpastian kebijakan domestik seiring masa transisi pemerintahan memicu arus modal keluar sepanjang kuartal II/2024.
“Imbasnya, rupiah mengalami tekanan besar dan terdepresiasi hingga 6,33% [year-to-date/ytd] di akhir Juni 2024,” lanjut Riefky.
Prognosis pemerintah sendiri untuk pertumbuhan ekonomi pada 2024 di rentang 5% hingga 5,2%. Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melihat untuk kuartal II/2024, ekonomi akan tetap mampu tumbuh di atas 5%.
“Kami memperkirakan untuk triwulan kedua, berarti antara April, Mei, dan Juni yang sudah selesai, akan tumbuh di 5,0% atau bahkan sedikit di atas 5% year-on-year,” katanya, Jumat (2/8/2024).
Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) akan melaporkan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2024 pada Senin (5/8/2024), pukul 11.00 WIB.