Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta sektor industri dan kementerian teknis tetap optimistis di tengah penurunan Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur.
Tercatat per Juli 2024, PMI Manufaktur Indonesia anjlok ke zona kontraksi atau berada pada level 49,3, turun 1,4 poin dari bulan sebelumnya.
“Tinggal optimisme sektor dan optimisme dari pemerintah. Jadi, optimisme aja kita kejar, kalau negara lain optimis, masa kita tidak optimis?” ujarnya kepada wartawan di Kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (1/8/2024).
Airlangga menekankan bahwa pemerintah akan terus memantau situasi ke depan. Mengingat, sejumlah negara mitra dagang masih mencatatkan PMI Manufaktur di zona ekspansif atau di atas 50.
Adapun di level Asean, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Asean mengalami penurunan tipis menjadi 51,6 pada Juli, turun dari 51,7 pada bulan sebelumnya.
“Tentu kita lihat situasinya karena di negara-negara lain masih di atas 50, terutama di Asean. Sebetulnya dari segi investasi ke depan sudah jelas,” lanjut Airlangga.
Baca Juga
Berdasarkan laporan S&P Global, PMI manufaktur tercatat terkontraksi di bawah level 50 terakhir kali pada Agustus 2021 saat masa pandemi. Kala itu, PMI manufaktur Indonesia berada pada level 43,7. Setelah itu, kinerja manufaktur terus berekspansi.
S&P Global mencatat permintaan pasar yang menurun menjadi faktor utama penyebab penjualan turun untuk pertama kali dalam setahun terakhir. Penjualan ekspor juga menurun, walaupun hal ini sebagian menggambarkan penundaan pengiriman.
Selain itu, terdapat masalah pasokan yang tercatat sebagai faktor penghambat pada kapabilitas produksi pada Juli, dengan catatan penundaan pengiriman input.
S&P menyoroti melorotnya PMI Manufaktur pada bulan lalu mengindikasikan belum ada pembenahan yang berhasil dilakukan oleh pemerintah, meski sejumlah kementerian dan lembaga terkait terus melakukan perbaikan untuk menjaga geliat manufaktur di dalam negeri.