Bisnis.com, BATANG -- Komitmen investasi konsorsium LG Energy Solution (LG) untuk pembangunan pabrik prekursor/katoda yang menjadi bagian dari ekosistem baterai disebut akan segera terealisasi di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah.
Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan investasi lanjutan dari proyek grand package baterai berbasis nikel itu telah merampungkan feasibility study (FS) pada Agustus lalu.
"Di lokasi ini juga akan dilakukan pembangunan katoda dari pada ekosistem baterai mobil dari LG Group yang akan dibangun September karena sudah selesai FS [feasibility studies]-nya di Agustus dan untuk katodanya akan dibangun di sini," kata Bahlil, Jumat (26/7/2024).
Bahlil menerangkan bahwa untuk investasi smelter HPAL berada di Maluku Utara, untuk produk katoda akan diproduksi di KITB, dan pabrik sel baterai di Karawang.
"Jadi jangan semua di Maluku nanti pemerataan tidak pas," imbuhnya.
Sebagaimana diketahui, proyek titan tersebut digarap konsorsium LG dengan konsorsium BUMN Indonesia Battery Corporation (IBC), yang terdiri atas LG Energy Solution, LG Chem, Huayou, LX International, Posco Future M, Antam, dan IBC.
Total investasi konsorsium LG senilai US$9,8 miliar atau setara dengan Rp142 triliun yang terdiri atas investasi di hulu tambang senilai US$850 juta, smelter HPAL senilai US$4 miliar, pabrik prekursor/katoda senilai US$1,8 miliar, dan pabrik sel baterai senilai US$3,2 miliar.
Sebelumnya, Bahlil menuturkan, LG akan melakukan investasi proyek baterai terintegrasi tersebut secara bertahap. Realisasi investasi LG dimulai dari sisi hilir ke hulu, yakni dimulai dari pembangunan pabrik sel baterai yang digarap bersama Hyundai Motor Group.
Pabrik sel baterai pertama di Indonesia ini berada di bawah operasi PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power. Adapun, pembangunan pabrik baterai akan terdiri atas dua fase dengan total investasi senilai US$3,2 miliar.
Fase pertama yang baru diresmikan hari ini menelan investasi senilai US$1,2 miliar dengan kapasitas produksi sebesar 10 gigawatt hour (GWh). Fase kedua akan memiliki kapasitas sebesar 20 GWh dengan nilai investasi senilai US$2 miliar. Tahap kedua ini ditargetkan beroperasi komersial pada 2025.