Bisnis.com, JAKARTA — Integrated Terminal Tanjung Uban Pertamina di Bintan, Kepulauan Riau terus meningkatkan performa dan kesiapannya menjadi trading hub di Asia Tenggara.
Sejak dilaksanakannya program pemindahan titik serah terima logistik dari luar negeri ke dalam negeri atau supplier head stock (SHS), jumlah kargo yang dikelola terminal terus meningkat.
Integrated Terminal Tanjung Uban dikelola oleh PT Pertamina Energy Terminal (PET), anak usaha dari PT Pertamina International Shipping (PIS), Sub-Holding Integrated Marine Logistics (SH IML) Pertamina.
Posisi terminal yang strategis di dekat Selat Malaka, sebelumnya hanya mengelola distribusi BBM dan LPG di Pulau Sumatra serta bagian barat Pulau Kalimantan.
Melalui program SHS yang dimulai pada 2002, telah terdapat penerimaan kargo SHS sebanyak 13 kapal, dengan kapasitas 4,83 juta barel. Fase berikutnya, yakni pada akhir 2023 hingga Juli 2024 sebanyak 18 kapal, dengan kapasitas 5,3 juta barel.
Peningkatan performa dan operasional terminal strategis ini dipastikan langsung oleh Direktur Keuangan PIS Diah Kurniawati pada rangkaian kunjungan Management Walkthrough (MWT) ke Tanjung Uban pekan lalu.
Baca Juga
“Dengan fasilitas yang lebih baik dan posisi strategis menjadi daya tarik pelanggan berskala global. Tentu hal ini sejalan dengan rencana dan strategi SH IML untuk mengembangkan market non-captive,” kata Diah lewat siaran pers, Kamis (25/7/2024).
Berbagai upgrade dari PET selama beberapa tahun terakhir, membuat terminal kini memiliki tingkat throughput sebesar 8,715 kl/hari untuk bahan bakar minyak dan 2,693 mt/hari untuk LPG dengan jumlah 200 ship call per bulannya.
Ke depan, Diah menambahkan, dalam rencana SHS pada 2025-2028, terminal akan diposisikan sebagai trading hub bagi konsumen luar dan dalam negeri.
Hal ini salah satunya dilakukan dengan memaksimalkan blending facility untuk produk gasoline sehingga dapat mengelola dua hingga tiga komponen sekaligus dalam satu tangki.
Direktur Manajemen Risiko PIS Muhamad Resa menambahkan, sebagai bagian dari mitigasi risiko, Integrated Terminal Tanjung Uban juga telah dilengkapi buffer zone sebagai jarak aman antara area operasional dengan pemukiman warga sepanjang 1.675 meter.
Buffer zone tersebut berisi hutan dan rawa seluas 205 hektare atau 83% dari luas area. PET juga telah memasang Lightning Protection System sebanyak 18 titik di seluruh area operasional.
“Hal ini juga menjadi salah satu bentuk dukungan PIS terhadap kesejahteraan pekerja dengan standar HSSE global, yang dicapai pada 2023 dengan zero fatality dan 40,5 juta jam kerja aman,” kata Resa.
Integrated Terminal Tanjung Uban memiliki luas lebih dari 250 hektare dengan kapasitas penyimpanan sebesar 402,413 kiloliter (kl) untuk bahan bakar minyak dan 93,500 metrik ton (MT) untuk LPG.
Melalui tujuh dermaga yang bisa menampung kapal-kapal berukuran antara 600 hingga 100,000 DWT, distribusi bahan bakar minyak, dan LPG hingga kargo lainnya dapat dilakukan secara efisien.
Integrated Terminal Tanjung Uban menjadi satu dari enam terminal energi strategis yang dikelola oleh PIS melalui PET, di mana PET mengelola beberapa terminal utama di Indonesia, antara lain Terminal LPG Refrigerated Tanjung Sekong (Banten), Fuel Terminal Pulau Sambu (Kepulauan Riau), Fuel Terminal Kotabaru (Kalimantan Selatan), Fuel Terminal Baubau (Sulawesi Tenggara), dan Terminal LPG Refrigerated Tuban (Jawa Timur).