Bisnis.com, JAKARTA — PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menargetkan onstream dan operational acceptance (OA) proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan bisa dikejar pada September 2025. Kilang ini nantinya akan memproduksi BBM jenis gasoline atau bensin dengan standar Euro 5.
Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, perseroannya tengah mengejar mechanical completion untuk unit Residual Fluid Catlytic Cracking (RFCC) dan gasoline block pada sisa tahun ini.
Rencananya, kata Taufik, mechanical completion untuk RFCC rampung pada Oktober 2024. Adapun, mechanical completion untuk gasoline block yang akan memproduksi bensin standar Euro 5 ditargetkan selesai pada Januari 2025.
“Untuk produksi gasoline yang Euro 5 Januari kuartal I [2025], secara kontrak nanti operation acceptance nanti sampai September 2025, kira-kira,” kata Taufik saat ditemui di Grha Pertamina, Jakarta, Rabu (17/7/2024).
Keberhasilan proyek RDMP Balikpapan akan menaikkan kapasitas produksi Kilang Balikpapan sebesar 100.000 barel minyak per hari (bph), yang artinya kapasitas produksi Kilang Balikpapan menjadi 360.000 bph dari kapasitas awal 260.000 bph.
Nantinya, saat RDMP Balikpapan tuntas, maka ini akan menjadi kilang minyak terbesar di Indonesia. Pasalnya, kapasitas Kilang Balikpapan akan melampaui kapasitas Kilang Cilacap, yang saat ini menjadi kilang dengan kapasitas terbesar. Saat ini, Kilang Cilacap mengolah 345.000 bph.
Baca Juga
Sementara Kilang Balikpapan ini nantinya bisa mengolah minyak mentah sebesar 360.000 bph. Selain menaikkan kapasitas pengolahan minyak, nanti akan ada tambahan produksi produk petrokimia hingga 225.000 ton per tahun.
“Kita dapat polyprophylene 240.000 ton per tahun, LPG 340.000 ton per tahun, sisanya berarti BBM, ada gasoline, solar masih sedikit, gasoline Euro 5,” kata dia.
Proyek RDMP Balikpapan didukung dengan pendanaan yang berasal dari Export Credit Agency dan Commercial Bank dengan target pendanaan US$3,1 miliar. Skema pendanaan ini merupakan kali pertama proyek kilang di Indonesia didanai oleh ECA.
Proyek dengan nilai investasi mencapai US$7,2 milar ini menyerap tenaga kerja sebanyak 20.250 pekerja pada fase proyek dan 600 pada fase operasi. Proyek ini juga didorong untuk dapat menyerap tingkat kandungan dalam negeri hingga 30-35%.
Selain pemenuhan kebutuhan bahan bakar nasional, kilang Balikpapan juga nantinya akan memproduksi produk petrokimia yaitu Propylene sebesar 225 KTPA yang akan menjadi feedstock dari New Polypropylene (PP) Balongan guna subtitusi produk impor.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah bakal menguji coba produk BBM anyar dengan kandungan sulfur yang lebih rendah bulan depan.
BBM nantinya bakal dicampur dengan bauran bahan bakar nabati atau BBN untuk menekan konten sulfur ke level paling rendah dengan standar acuan saat ini setara Euro 4 atau kandungan sulfur 50 part per million (ppm).
“Kita cari bahan pencampur yang memang bisa mengurangi sulfur konten. Kalau sekarang kita kan masih 500 ppm-an, kalau standar Euro 5 kan sudah harus di bawah 50 ppm,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (12/7/2024).
Kendati demikian, kata Arifin, kementeriannya masih menunggu penyelesaian dari proyek RDMP Balikpapan untuk meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar rendah kandungan sulfur tersebut.
“Tapi kita kilang belum kelar sih yang di Balikpapan,” kata dia.