Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada! Ekonomi China Kuartal II/2024 Diprediksi Melambat

Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal II/2024 diprediksi melambat dibandingkan dengan kuartal pertama tahun ini.
Para pekerja melihat kapal kargo yang mendekati terminal di pelabuhan Qingdao di provinsi Shandong, China, 8 November 2018./Reuters
Para pekerja melihat kapal kargo yang mendekati terminal di pelabuhan Qingdao di provinsi Shandong, China, 8 November 2018./Reuters

Bisnis.om, JAKARTA - Ekonomi China diproyeksi melambat pada kuartal II tahun ini seiring dengan kontraksi pasar properti yang berkepanjangan dan masalah lapangan kerja. Pemerintah pun diharapkan mengeluarkan lebih banyak stimulus.

Dikutip dari Reuters, Senin (15/7/2024), data yang akan dirilis pada hari ini diprediksi menunjukkan pertumbuhan ekonomi China sebesar 5,1% YoY pada April-Juni, melambat dari 5,3% pada tiga bulan pertama sebelumnya. Berdasarkan survei Reuters, angka ini bisa menjadi pertumbuhan paling lemah sejak kuartal III/2023.

Angka perkiraan itu muncul saat Pemerintah China berupaya menopang keyakinan ekonomi pada sidang pleno ketiga, yaitu pertemuan para petinggi negara yang akan dimulai pada hari ini.

"Pertumbuhan GDP bisa mencapai 5,1% YoY pada kuartal II/2024, tetapi tidak akan menimbulkan keyakinan yang lebih besar. Permintaan domestik yang lemah dapat berlanjut dan menekan inflasi serta sisi produksi," ujar seorang analis di Citi.

Menurutnya, saat ini semua pihak akan fokus pada sidang pleno ketiga dan pertemuan para petinggi Partai Komunis Politburo pada bulan ini.

Sementara, secara QtQ pertumbuhan ekonomi China diperkirakan tumbuh 1,1% pada kuartal II/2024, melambat dari 1,6% pada kuartal I/2024.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,0% pada 2024, sebuah target yang cukup ambisius dan memerlukan lebih banyak stimulus menurut para analis.

Untuk mengatasi pelemahan permintaan pasar domestik dan krisis properti, China telah mendorong investasi di sektor infrastruktur dan juga industri high-tech.

Pertumbuhan China sepanjang tahun berjalan tidak merata dengan produksi sektor industri melampaui konsumsi dalam negeri sehingga meningkatkan risiko deflasi di tengah kemerosotan pasar properti dan kenaikan utang pemerintah daerah.

Dari sisi kinerja ekspor, China mencatatkan pertumbuhan 8,6% YoY pada Juni 2024 dan impor terkontraksi 2,3%. Angka ini diyakini sebagai dampak dari pemesanan lebih awal dari para produsen untuk menghindari pengenaan tarif dari negara-negara mitra dagang.

Adapun, harga konsumen tumbuh selama lima bulan pada bulan Juni tetapi tidak memenuhi ekspektasi, sementara deflasi pabrik terus berlanjut, dengan langkah-langkah pemerintah tidak dapat meningkatkan permintaan domestik secara signifikan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper