Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil Pamer RI Jadi Negara Pertama yang Bangun Ekosistem Baterai EV Terintegrasi

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia menjadi negara pertama yang membangun ekosistem baterai mobil listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (25/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (25/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia menjadi negara pertama yang membangun ekosistem baterai mobil listrik (electric vehicle/EV) yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

Hal itu Bahlil sampaikan di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang hadir dalam acara peresmian pabrik sel baterai mobil listrik milik konsorsium LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024).

“Izin Pak [Jokowi], setelah kami diskusi, kami tanya apakah di dunia sudah ada belum membangun ekosistem baterai mobil yang terintegrasi dari hulu, dari tambang sampai mobil. Ternyata Pak, belum ada, dan kita Indonesia yang pertama untuk melakukan hal ini,” kata Bahlil.

Bahlil menyampaikan, saat ini, ada dua konsorsium investor yang tengah mengembangkan proyek baterai di dalam negeri. Pertama, konsorsium dari China, Contemporary Amperex Technology Co. (CATL) yang menggarap proyek baterai dari hulu ke hilir. Kedua, konsorsium asal Korea Selatan, LG yang menggarap proyek baterai dari hilir ke hulu. 

“Jadi kalau kedua-duanya ini bisa jalan, maka saya yakinkan bahwa insyaallah atas perintah Bapak Presiden, Indonesia menjadi salah satu negara pemain ekosistem baterai mobil, khususnya yang berbahan baku dari nikel,” ucap Bahlil.

Di sisi lain, Bahlil melaporkan keseluruhan komitmen investasi konsorsium LG Energy Solution (LG) untuk proyek baterai dari hulu ke hilir di Indonesia senilai US$9,8 miliar atau setara Rp142 triliun telah resmi dikunci.

Adapun, total investasi konsorsium LG itu terdiri atas investasi di hulu tambang senilai US$850 juta, smelter HPAL senilai US$4 miliar, pabrik prekursor/katoda senilai US$1,8 miliar, dan sel baterai senilai US$3,2 miliar.

"Bapak Presiden, kami laporkan bahwa kemarin atas dukungan dari Pak Erick [Menteri BUMN], semua tahapan daripada ekosistem, mulai dari mining, kemudian smelter, HPAL, prekursor, katoda, baterai sel, sampai dengan mobil, kemarin sudah semua diteken. Alhamdulillah selesai," ujar Bahlil.

Bahlil menuturkan, LG akan melakukan investasi proyek baterai terintegrasi tersebut secara bertahap. Realisasi investasi LG dimulai dari hilir ke hulu, yakni dimulai dari pembangunan pabrik sel baterai yang digarap bersama Hyundai Motor Group.

Pabrik sel baterai pertama di Indonesia ini berada di bawah operasi PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power. Adapun, pembangunan pabrik baterai akan terdiri atas dua fase dengan total investasi senilai US$3,2 miliar.

Fase pertama yang baru diresmikan hari ini menelan investasi senilai US$1,2 miliar dengan kapasitas produksi sebesar 10 gigawatt hour (GWh).

Sementara itu, fase kedua akan memiliki kapasitas sebesar 20 GWh dengan nilai investasi senilai US$2 miliar. Tahap kedua ini ditargetkan beroperasi komersial pada 2025.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper