Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa pabrik kaca milik perusahaan asal Korea Selatan, KCC Glass di Batang, Jawa Tengah bakal berproduksi pada bulan depan.
Adapun, groundbreaking PT KCC Glass Indonesia di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) dilakukan pada Mei 2021.
“Proyek hilirisasi investasi di Batang, KCC untuk kaca, ini juga kita akan mulai produksi di bulan Agustus tahun ini, yaitu di Batang. Itu salah satu di antara daripada proyek-proyek investasi hilirisasi yang ada di Indonesia dari Korea,” ujar Bahlil saat menyampaikan sambutan dalam acara peresmian pabrik sel baterai PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024).
PT KCC Glass Indonesia diproyeksikan akan menjadi perusahaan kaca terbesar se-Asia Tenggara. Nilai investasi perusahaan berorientasi ekspor ini adalah sekitar Rp5 triliun. Pabrik kaca ini menempati lahan seluas 49 hektare di KIT Batang dan diperkiraan mampu menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 1.200 orang.
Selain itu, Bahlil menuturkan, proyek investasi dari Korea Selatan yang juga akan selesai dalam waktu dekat adalah proyek petrokimia milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) di Cilegon, Banten.
Proyek tersebut, kata Bahlil, memiliki nilai investasi sebesar US$4 miliar. Meski sempat mangkrak pada 2016, Bahlil menyebut proyek itu saat ini sudah hampir selesai.
Baca Juga
“Jadi bulan Maret 2025 itu sudah melakukan produksi. Jadi ini luar biasa, saya terima kasih apalagi Menteri Perdangannya [Korsel] sudah datang, pasti akan lebih cepat,” kata Bahlil.
Adapun, Bahlil menyampaikan, investasi Korea Selatan di Indonesia menyentuh angka Rp200 triliun. Angka tersebut merupakan angka akumulasi investasi yang dilakukan oleh Negeri Gingseng tersebut sepanjang 2019-2023 atau 5 tahun ke belakang.
“Pertama kami menyampaikan bahwa investasi Korea Selatan dalam kurang lebih 5 tahun terakhir, sejak 2019 sampai 2023 mencapai kurang lebih sekitar US$14 miliar. Jadi kalau kita hitung kurang lebih sekitar Rp200 triliun lebih,” tutur Bahlil.