Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengharapkan adanya kerja sama untuk sektor energi baru dan terbarukan (EBT) dan sektor minyak dan gas (migas) dengan Norwegia.
Hal ini dirinya sampaikan saat membuka The 10th Indonesia-Norway Bilateral Energy Consultations (INBEC). INBEC adalah forum bilateral yang didalamnya mengeksplorasi potensi kerja sama bidang energi terbarukan, elektrifikasi, CCS/CCUS, dan hidrogen.
Arifin menyampaikan, hubungan antara Indonesia dan Norwegia terus berkembang selama lebih dari 20 tahun, di mana INBEC yang diselenggarakan 2 tahunan tersebut menjadi platform berharga bagi Indonesia untuk belajar dari Norwegia dan untuk menjajaki peluang kerja sama baru antara kedua negara.
"Kami berkomitmen mendorong kolaborasi tidak hanya berbasis G to G, namun juga berbasis B to B. Kita akan menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama di bidang investasi dan pengembangan kapasitas," kata Arifin melansir dari laman resmi, Selasa (2/7/2024).
Dalam forum tersebut, Arifin menyebut, beberapa langkah nyata telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk bergerak ke arah energi berkelanjutan.
Pertama, Indonesia telah mengembangkan peta jalan untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) di sektor energi pada tahun 2060. Peta jalan tersebut memberikan strategi transisi energi baik dari sisi penawaran maupun permintaan.
Baca Juga
Strategi yang dilakukan antara lain percepatan pengembangan energi terbarukan, penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara, penerapan teknologi ramah lingkungan seperti hidrogen dan CCS/CCUS, pemanfaatan kendaraan listrik, biofuel serta penerapan langkah-langkah efisiensi energi.
Kedua, Arifin menambahkan bahwa energi fosil khususnya gas, akan tetap menjadi bagian penting dalam transisi energi. Gas akan menjadi energi transisi dan dapat menghasilkan energi baru seperti amonia dan hidrogen.
Implementasi teknologi rendah karbon seperti capture capture storage/carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS) akan mengurangi emisi dan berpotensi meningkatkan produksi minyak dan gas.
"Pengalaman Norwegia yang luas di sektor energi menawarkan pembelajaran dan teknologi berharga yang dapat dibagikan kepada Indonesia. Indonesia terbuka terhadap kemitraan baru dalam praktik energi terbarukan dan energi berkelanjutan," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Arifin juga menjelaskan bahwa Norwegia merupakan salah satu mitra lama Indonesia di sektor energi, khususnya sektor minyak dan gas.
"Oleh karena itu, sebagai komitmen untuk memerangi perubahan iklim dan bergerak menuju sistem energi berkelanjutan, Indonesia dan Norwegia akan bekerja sama di lebih banyak bidang kerja sama," ucap Arifin.
Di sisi lain, Menteri Energi Norwegia Terje Aasland menyampaikan, meskipun minyak dan gas telah menjadi landasan kemitraan Indonesia-Norwegia selama hampir 30 tahun, pihaknya juga melihat bahwa energi terbarukan sebagai bagian yang semakin penting dari hubungan energi bilateral kedua negara tersebut.
Terje menjelaskan bahwa Norwegia sedang bekerja keras untuk membangun rantai nilai dalam CCS/CCUS offshore, serta ladang angin terapung skala besar. Pada saat yang sama, tenaga air yang bersih dan terbarukan dengan fasilitas penyimpanannya tetap menjadi backbone sektor listrik Norwegia.
"Norway mempunyai teknologi, Indonesia punya sumber daya energi terbarukan, saya berharap lebih banyak perusahaan Norway yang berinvestasi pada proyek energi terbarukan di Indonesia," tutur Terje.
Adapun, The 10th Indonesia-Norway Bilateral Energy Consultations (INBEC) digelar di Jakarta, Senin (1/7/2024). Forum bilateral tersebut, sebagai tindak lanjut INBEC ke-9 yang telah diselenggarakan di Oslo pada tahun 2022.