Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus menggenjot investasi energi baru dan terbarukan (EBT) di dalam negeri guna mempercepat transisi energi.
Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Riyatno mengatakan, hingga saat ini, pemanfaatan EBT di dalam negeri masih sangat minim, yakni baru sekitar 0,31% dari total potensi yang ada.
“Kita memiliki tenaga surya, hidro, bio energi, angin, panas bumi, dan laut, kita baru memanfaatkan 12,5 gigawatt atau hanya 0,31% dari 3.686 gigawatt total potensi EBT di negara kita,” kata Riyanto dalam acara Green Energy Forum, Rabu (29/5/2024).
Untuk itu, pihaknya terus mendorong investasi proyek energi terbarukan skala besar. Dia menyebutkan, ada beberapa proyek EBT skala besar kerja sama dengan swasta yang telah berjalan.
Pertama, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata yang menjadi PLTS terapung terbesar se-Asia Tenggara. Proyek yang dikembangkan PT PLN (Persero) melalui subholding PLN Nusantara Power dan perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA), Masdar, ini mempunyai kapasitas sebesar 145 MWac atau setara 192 MWp. Nilai investasinya mencapai US$145 juta.
Kedua, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap dengan kapasitas 75 MW yang dioperasikan oleh UPC Sidrap Bayu Energi. Nilai investasinya sebesar US$150 juta.
Baca Juga
Lalu, ada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Likupang di Sulawesi Utara yang memiliki kapasitas terpasang 21 MW. PLTS Likupang dikembangkan oleh Vena Energy dengan nilai investasi senilai US$29,2 juta.
“Kami juga menunggu pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Ijen, Jawa Timur," tutur Riyatno.