Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Badai PHK Tekstil, Peserta BPJS Ketenagakerjaan Turun 46.001 Orang

BPJS Ketenagakerjaan mencatat peserta aktif di beberapa sektor seperti industri pakaian jadi dan tekstil dalam tren menurun sejak Januari 2023 hingga Mei 2024.
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). / Bisnis - Rachman
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). / Bisnis - Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak 46.001 peserta dari sektor industri pakaian jadi dan tekstil tercatat tidak lagi menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan akibat adanya PHK Massal di sektor tersebut.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Anggoro Eko Cahyo, menyampaikan, peserta aktif di beberapa sektor seperti industri pakaian jadi dan tekstil dalam tren menurun sejak Januari 2023 hingga Mei 2024.

“Pada intinya grafik ini menunjukkan terjadi penurunan di kepesertaan kami,” kata Anggoro dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (2/7/2024).

Dalam paparan yang disampaikan Anggoro, peserta aktif di sektor industri pakaian jadi turun 4,27% sejak Januari 2023 hingga Mei 2024 atau berkurang 24.996 peserta selama periode tersebut. 

Dengan adanya pengurangan tersebut, peserta aktif dari sektor ini tercatat sebanyak 559.869 peserta menurut data Mei 2024 dari sebelumnya 584.865 peserta di Januari 2023.

Kendati begitu, tercatat ada kenaikan kepesertaan selama momen Idulfitri. Anggoro menuturkan, jelang periode tersebut, perusahaan biasanya merekrut pekerja untuk memenuhi pesanan.

“Setelah itu kembali ke posisi normal sehingga kelihatan di grafik itu ada yang naik sedikit, turun lagi, tahun ini juga begitu,” jelasnya.

Tren penurunan juga terjadi di sektor industri tekstil. BPJS Ketenagakerjaan mencatat, peserta aktif di sektor ini turun 6% atau 21.005 peserta seajk Januari 2023 hingga Mei 2024. 

Adapun, hingga Mei 2024, total peserta aktif yang berasal dari industri tekstil hanya 319.326 peserta dari sebelumnya 340.331 peserta di Januari 2023.

Sementara itu, peserta aktif di sektor kulit, barang dari kulit, dan alas kaki dalam tren meningkat sejak awal 2024, di mana peserta di sektor ini meningkat hingga 3,31% atau bertambah 20.100 peserta meski kenaikannya tidak signifikan dibandingkan penurunan sebelumnya.

Peserta aktif di sektor ini sempat dalam tren menurun pada Januari hingga Desember 2023. Tercatat di 2023, peserta di sektor ini turun 6,44% atau sebanyak 41.897 orang tak lagi menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. 

Melihat tren tersebut, Anggoro menyebut bahwa pihaknya terus memastikan para pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) mendapatkan hak-haknya, melalui koordinasi dan komunikasi dengan asosiasi, perusahaan, dan kementerian terkait.

Menurut informasi yang dia terima dari Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (Apsyfi), sebanyak 31 perusahaan dilaporkan tutup dan 21 perusahaan melakukan PHK terhadap sebagian pekerjanya.

BPJS Ketenagakerjaan juga telah berkomunikasi dengan 57 perusahaan dengan 321.966 peserta aktif yang mewakili 21,37% pekerja di sektor industri pakaian jadi, tekstil, dan alas kaki.

Langkah tersebut dilakukan untuk mendalami kondisi perusahaan saat ini, permasalahan apa yang terjadi, serta kebijakan yang diharapkan untuk kemudian dibantu disampaikan kepada kementerian terkait.

Hasilnya, sebanyak 52,78% perusahaan mengalami penurunan pesanan yang berdampak pada pengurangan jam kerja dan hari kerja, 43% perusahaan sudah mulai mengalami peningkatan pesanan, dan 4,17% perusahaan masih dalam pemulihan pasca pandemi Covid-19.

Anggoro juga menyebut, sebagai mitra, pihaknya juga menggali kebijakan yang diharapkan perusahaan. 

Sebanyak 42,11% perusahaan mengharapkan kemudahan perizinan bagi para investor agar tidak kalah bersaing dengan negara berkembang lainnya, 22,81% meminta agar penetapan upah minimum tidak membebani finansial perusahaan, dan 21,05% mengharapkan agar ketersediaan bahan baku dalam negeri mudah dan murah.

Sementara itu, sisanya mengharapkan agar pemerintah meningkatkan kemampuan pekerja melalui pelatihan-pelatihan dan insentif pajak.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper