Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Banjir Impor China, Ekonom Ingatkan Dampak Bea Masuk 200 Persen

Ekonom bicara mengenai dampak kebijakan bea masuk 200 persen untuk mencegah banjir impor produk asal China di Indonesia.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Para pengamat ekonomi membeberkan penyebab Indonesia sering dibanjiri barang impor dari China hingga mengancam industri dalam negeri. Wacana pengenaan bea masuk hingga 200% dianggap bukan solusi.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core), Mohammad Faisal mengatakan, adanya kesepakatan dagang dalam Asean China Free Trade Agreement (ACFTA) menjadi salah satu penyebab maraknya produk impor asal China banjiri pasar-pasar di Asean, termasuk Indonesia.

Sejak diberlakukan pada 2016, kata dia, banyak produk impor asal China dikenakan tarif bea masuk yang sangat rendah ke pasar dalam negeri.

"Kita itu terikat ACFTA yang kemudian itulah yang menyebabkan hampir 10 tahun terakhir kita kebanjiran produk China. Bahkan sebagian besar sudah hampir 0% [bea masuk produk China]," ujar Faisal saat dihubungi, Senin (1/7/2024).

Di sisi lain, Faisal menyoroti sikap pemerintah yang ingin menaikkan bea masuk produk impor dari China hingga 200%. Menurutnya, pemerintah seharusnya tidak serta-merta mengambil langkah drastis di tengah isu industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang terimpit impor dari China.

Meskipun diakuinya, pengenaan bea masuk yang tinggi akan baik untuk melindungi produksi dalam negeri, tetapi Faisal juga meningatkan pemerintah akan konsekuensi yang akan dihasilkan dari langkah drastis tersebut.

"Kalau begitu ada kemungkinan China melakukan retaliasi, sama seperti yang dilakukan China terhadap Uni Eropa yang baru-baru ini memasang tarif untuk produk EV [electric vehicle] mereka yang diekspor ke Eropa," ucapnya.

Faisal pun mempertanyakan rencana lanjutan pemerintah mengambil langkah drastis pengenaan bea masuk yang sangat tinggi terhadap produk impor asal China. Apakah kebijakan bea masuk yang tinggi akan berlangsung permanen atau hanya berisfat sementara.

"Selesaikan ini [banjir impor China] pada akar permsalahan betul-betul, bukan sifatnya untuk kepentingan sesaat, atau hanya untuk kepentingan politis jelang akhir pemerintahan," katanya.

Setali tiga uang, Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri mengatakan, alih-alih membuat aturan baru, pemerintah sebaiknya membenahi implementasi kebijakan impor yang ada.

Musababnya, banjir produk impor dari China, kata dia, lebih dipicu oleh pengawasan dan penegakan aturan yang lemah sehingga celah impor ilegal sulit ditutup.

"Kalau permasalahannya di implementasi, ya diperbaiki implementasinya bukan dibuat aturan baru dinaikkan bea masuknya. Kalau kayak gitu sampai kapanpun juga enggak akan efektif. Jangan-jangan ini disebabkam oleh prosedur ilegal [impor ilegal]," jelasnya.

Pemerintah didesak agar mempertimbangkan dampak regulasi sebelum menerbitkan kebijakan. Yose pun menyinggung soal inkonsistensi pemerintah dalam merevisi aturan impor (Permendag No.36/2023) sebanyak tiga kali dalam kurun waktu yang singkat hanya karena adanya tekanan dari berbagai pihak.

"Harus dilihat regulatory impactnya, seperti apa dampak dari aturannya. Jangan asal mengeluarkan aturan baru," ucap Yose.

Berdasarka catatan Bisnis.com, Jumat (28/6/2024), Mendag Zulhas memastikan akan segera menerapkan bea masuk barang impor 100%-200%. Hal tersebut dilakukan untuk menekan masuknya barang impor di pasar domestik yang lambat laun akan mematikan sektor industri dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam negeri.

“1-2 hari ini sedang menyempurnakan aturannya, mudah-mudahan pekan depan selesai,” ungkap Zulkifli usai Opening Ceremony Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) dan Pekan Kerajinan Jawa Barat (PKJB) 2024, di Trans Convention Center Bandung, Jumat (28/6/2024).

Menurut Mendag, hampir seluruh barang impor siap pakai akan dikenakan bea masuk yang rata-rata berkisar di atas 100%.

Beberapa di antaranya seperti produk kecantikan (beauty), alas kaki, Pakaian jadi, TPT dan keramik. Seluruhnya akan dikenakan bea masuk di atas 100%. “Kita mengendalikan impor agar tidak mematikan produk industri dalam negeri,” kata Zulhas.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Senin (15/1/2024), China menempati posisi pertama sebagai negara sumber impor utama bagi Indonesia sepanjang 2023. Tercatat nilai impor barang dari China ke Indonesia sebesar US$62,18 miliar dengan kontribusi terhadap total impor 28,02%.

“Negara asal utama untuk komoditas yang paling banyak diimpor berturut-turut adalah China,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper