Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Wariskan 6 Masalah ke Pemerintahan Prabowo, Apa Saja?

Indef menyoroti setidaknya terdapat 6 warisan masalah yang bakal dipikul Prabowo Subianto saat menjabat sebagai Presiden RI pada 2024-2029.
Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subianto (kiri) dan Presiden Joko Widodo (kanan) dalam Sidang Kabinet Paripurna yang digelar di Istana Negara, Jakarta, Senin 24 Juni 2024. ANTARA FOTO
Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subianto (kiri) dan Presiden Joko Widodo (kanan) dalam Sidang Kabinet Paripurna yang digelar di Istana Negara, Jakarta, Senin 24 Juni 2024. ANTARA FOTO

Bisnis.com, JAKARTA – The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyoroti setidaknya terdapat 6 warisan masalah yang bakal dipikul Prabowo Subianto saat menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2024 – 2029.

Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, menuturkan bahwa langkah Prabowo memimpin Indonesia tidaklah mudah. Pasalnya dirinya harus memikul dan menyelesaikan persoalan yang tak kunjung terurai di masa kepemimpinan Presiden Jokowi.

“Kita sudah menyelesaikan pemilu pada 14 Februari 2024 dan sudah terpilih Presiden baru. Namun ini masih menggendong persoalan lama,” kata Esther dalam agenda Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun Indef, Jakarta, Selasa (25/6/2024).

Esther merinci, persoalan pertama adalah masalah klasik mengenai kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini masih dalam tren menurun. Alhasil, kini pemerintah masih mengandalkan konsumsi sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi.

Padahal, Esther menjelaskan bahwa banyak mesin pertumbuhan ekonomi lainnya yang perlu dipacu. Beberapa diantaranya yakni kinerja investasi, ekspor, hingga pajak. Di mana, instrumen tersebut hingga kini masih tidak efektif menggenjot laju pertumbuhan ekonomi RI.

Kedua, Prabowo harus menghadapi tren daya beli Masyarakat yang terus menurun. Terlebih, Prabowo mencanangkan rasio pajak bakal naik hingga 23%. Hal itu dikhawatirkan bakal terus menggerus daya beli masyarakat.

“Ketiga persoalan adanya kebijakan moneter yang ketat, ini kondisi ekonomi baik fiskal maupun moneter ini masih relatif ketat. Ditandai dengan tingkat suku bunga yang terus menerus naik,” ujarnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper