Bisnis.com, JAKARTA- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong produsen farmasi untuk memaksimalkan pemanfaatan 10 bahan baku lokal yang sudah bisa diproduksi dalam negeri. Hal ini dapat memangkas nilai impor hingga nyaris 20% dalam 3 tahun terakhir.
Berdasarkan catatan Kemenkes, indsutri BBO dalam negeri telah mampu memproduksi 10 bahan baku, termasuk Parasetamol, Omeprazol, Atorvastatin, Clopidogrel, Amlodipin, Candesartan, Bisoprolol, Azitromisin, dan lainnya.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (Dirjen Farmalkes) Rizka Andaluasi mengatakan 10 bahan baku obat lokal tersebut harus segera diserap oleh industri farmasi saat ini.
"Dalam 3 tahun kami menghitung dari 2022, dalam 3 tahun itu akan menurunkan nilai impor sebesar 19,42% atau kalau dalam rupiahnya dari Rp14 triliun menjadi Rp7,3 triliun," kata Rizka saat Rapat Panja di Komisi IX DPR RI, Senin (24/6/2024).
Rizka menyadari bahwa importasi BBO yang disebut masih mencapai kisaran 90% itu menjadi polemik tahunan yang belum terselesaikan sehingga memicu terhambatnya perkembangan industri farmasi nasional.
Dalam hal ini, Kemenkes telah memfasilitasi change source bagi 42 indsutri farmasi dengan tujuan peningkatan pemanfaatan BBO lokal sehingga nilai ekonomis bahan baku dapat tercapai.
Baca Juga
"Ini cukup signifikan makanya kenapa kita mendorong agar semua bahan baku obat yang diproduksi dalam negeri ini diserap dan dimanfaatkan industri farmasi," jelasnya.
Beberapa produk BBO, misalnya atorvastatin telah digunakan oleh 6 industri farmasi sebagai bahan subtitusi impor, di mana 3 industri telah mendapatkan izin edar untuk menggunakan produk BBO lokal.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) Elfiano Rizaldi mengatakan produk bahan baku obat yang diproduksi dalam masih lebih mahal jika dibandingkan dengan BBO impor.
"Tetapi bukan berarti kita sudah mempunyai industri bahan baku dalam negeri kemudian kita anggap lebih murah, enggak, malah lebih mahal daripada kita impor bahan bakunya," ujar Elfiano, beberapa waktu lalu.
Adapun, harga bahan baku obat dari China dan India masih lebih murah jika dibandingkan BBO produksi lokal, meskipun selisih kurs rupiah dengan dolar meningkat 4%-5% dalam periode tertentu.
Pasalnya, pasar BBO China dan India mencakup skala ekonomi yang lebih besar. Alhasil, harga bahan baku dari kedua negara tersebut dipasarkan lebih murah.