Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Holding BUMN Farmasi Jeblok, Rugi Tembus Rp2,16 Triliun

Kinerja keuangan konsolidasian holding BUMN farmasi pada 2023 anjlok dengan mencatatkan kerugian sebesar Rp2,16 triliun
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Shadiq Akasya memberikan sambutan dalam acara peluncuran NUSAGARD vaksin human papillomavirus (HPV) 4-valent di Jakarta, Rabu (2/8/2023)/Bisnis-Suselo Jati
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Shadiq Akasya memberikan sambutan dalam acara peluncuran NUSAGARD vaksin human papillomavirus (HPV) 4-valent di Jakarta, Rabu (2/8/2023)/Bisnis-Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Holding BUMN Farmasi, PT Bio Farma (Persero) melaporkan kinerja keuangan konsolidasian yang mengalami tekanan akibat kerugian yang dialami anak usahanya PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) dan PT Indofarma Tbk. (INAF) sehingga menyebabkan beban pada pendapatan perseroan. 

Direktur Utama Bio Farma Shadiq Akasya mengatakan, penurunan pendapatan sepanjang 2023 juga disebabkan kondisi normalisasi pendapatan pascacovid 2019-2023. 

"Pertama, pendapatan menurun dari Rp21,2 triliun tahun 2022 menjadi Rp15,2 triliun. Hal ini merupakan pencapaian RKAP [Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan] sebesar 80,5% dan terjadi penurunan 28%," kata Shadiq dalam RDP Komisi VI DPR RI dengan BUMN Farmasi, Rabu (19/6/2024). 

Shadiq menyebut, komposisi pendapatan Bio Farma pada tahun lalu dikontribusikan oleh pendapatan Kimia Farma sebesar Rp9,9 triliun, Bio Farma Operation senilai Rp5 triliun, dan Indofarma Rp524 miliar. 

Lebih terperinci, dia membeberkan rugi bersih konsolidasi pada 2023 (unaudited) mencapai sebesar Rp2,16 triliun, sementara tahun sebelumnya tercatat profit Rp490 miliar. Kerugian Bio Farma disebabkan besaran kerugian KAEF senilai Rp1,8 triliun dan INAF sebesar Rp605 miliar. 

"Sedangkan, Bio Farma Operation masih membukukan laba bersih positif Rp304 miliar," tuturnya. 

Di sisi lain, EBITDA perseroan mengalami penuruman dari 2022 sebesar Rp1,9 triliun menjadi negatif Rp621 miliar tahun 2023. Kondisi ini disebabkan penurunan penjualan dan penyisihan persediaan produk-produk yang memasuki masa expired date. 

"Bio Farma mencatat penyisihan sebesar Rp423 miliar, Kimia Farma Rp207 miliar dan INAF sebesar Rp99 miliar. Di luar daripada itu ada juga total yg kami bukukan untuk penyisihan ini adalah Rp729 miliar," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper