Bisnis.com, JAKARTA- Konglomerasi Kalla Group akan memulai konstruksi pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter nikel fase 2 yang ditargetkan rampung pada 2027 mendatang.
Adapun, smelter nikel tersebut dikelola oleh PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS) di Desa Karang-karangan, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Marketing, Strategy & Digitalization Director Kalla Group, Zumadi SM Anwar mengatakan smelter nikel fase kedua tersebut akan berada di lokasi yang sama dengan smelter pertama yang akan mulai produksi pertengahan tahun ini.
"Rencana berikutnya kami ambil fase 2 itu 31.400 ton per tahun. Kami targetkan yang fase 1 mulai produksi 2024 dan target rampung smelter fase 2 pada 2027," kata Zumadi di Jakarta, Selasa (11/6/2024).
Dalam hal ini, PT Bumi Mineral Sulawesi fokus pada pengolahan nikel yaitu smelter feronikel dan sulfat nikel grade baterai yang terletak di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Pada fase pertama yang menghasilkam feronikel dan sulfat nikel dioperasikan secara bertahap. Adapun, smelter ferronickel ditargetkan beroperasi di semester I/2024, target produksi nikel hingga 33.000 tor pertahun.
Baca Juga
Sedangkan, smelter sulfat nikel ditargetkan beroperasi pada semester II/2024 dengan target produksi nikel hingga 31.400 ton pertahun.
Zumadi menyebut sumber energi yang digunakan untuk operasional smelter menggunakan daya listrik dari PLN dan BMS Hydroelectric Power Plant. Adapun, kebutuhan listrik 100% dipasok PLTA Kalla (renewable energy).
Dalam proses produksinya, PT BMS menerapkan proses Eco-Green, penggunaan sumber daya listrik menggunakan pembangkit listrik tenaga air dari Malea Energy, sehingga menghasilkan Green Energy yang minim polusi.
Lebih lanjut, dia menegaskan nilai investasi smelter tersebut mencapai Rp10 triliun yang dibangun di lahan seluas 141 hektare dengan kapasitas mencapai 60.000 ton per tahunnya. Smleter nikel Kalla Group ini ditargetkan akan memiliki 14 tungku.