Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sumatra Blackout, Ironi Negeri Surplus Energi

Sejak Selasa (4/6/2024) hingga Rabu (5/6/2024), aliran listrik mulai dari Aceh hingga Lampung mengalami pemadaman bergilir dengan durasi hingga belasan jam.
Arif Gunawan, Lukman Nur Hakim
Kamis, 6 Juni 2024 | 09:08
Warga di Padang, Sumatra Barat harus menggunakan sumber cahaya eksternal untuk menghadi pemadaman listrik oleh PLN yang meluas./Bisnis - Noli H.
Warga di Padang, Sumatra Barat harus menggunakan sumber cahaya eksternal untuk menghadi pemadaman listrik oleh PLN yang meluas./Bisnis - Noli H.

Bisnis.com, JAKARTA - Blackout atau pemadaman listrik besar-besaran dengan durasi cukup lama masih saja terjadi di negeri dengan pasokan energi melimpah ini.

Kali ini, kejadian blackout menimpa sebagian wilayah Pulau Sumatra. Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki cadangan listrik berlebih. Berdasarkan data PLN per Desember 2023, sistem kelistrikan Sumatra memiliki cadangan daya yang sangat besar dengan reserve margin sebesar 41%.

Reserve margin merupakan cadangan daya pada sistem ketenagalistrikan terhadap beban puncak. Tingkat keandalan pasokan listrik di suatu sistem dicerminkan oleh besarnya reserve margin ini.  Idealnya reserve margin yang optimal berada di kisaran 24%-35%. Besarnya reserve margin di Sumatra menunjukkan bahwa sistem kelistrikannya mengalami kelebihan pasok.

Sejak Selasa (4/6/2024) hingga Rabu (5/6/2024), aliran listrik mulai dari Aceh hingga Lampung mengalami pemadaman bergilir dengan durasi yang bervariasi, mulai dari 10 jam, bahkan ada yang hingga 24 jam.

Padamnya aliran listrik tersebut terjadi karena adanya gangguan pada jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 275 kV Linggau-Lahat yang terjadi pada Selasa (4/6). Sistem transmisi tersebut merupakan jaringan interkoneksi yang terhubung dengan sejumlah wilayah di Sumatra. Hal ini mengakibatkan terganggunya tak kurang dari 29.000 gardu distribusi yang memasok listrik pelanggan.

PLN menyatakan, padamnya jaringan transmisi dengan beban tinggi menyebabkan pembangkit listrik ikut padam secara otomatis dan memerlukan waktu dalam penyalaan kembali, terutama PLTU. Dalam proses pemulihan juga diperlukan manajemen pengaturan beban untuk menjaga kestabilan listrik pada wilayah terdampak.

Pada Kamis (6/6/2024) dini hari, PLN melaporkan telah berhasil menormalkan kembali seluruh pasokan listrik yang menyuplai masyarakat di Provinsi Sumatra Selatan, Jambi, dan Bengkulu. Pasokan listrik di Provinsi Lampung juga dilaporkan telah pulih dan normal 100% pada Kamis (6/6/2024) pukul 00.59 WIB. Demikian pula, listrik di Riau dilaporkan telah pulih sepenuhnya.

Atas kejadian ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta PT PLN (Persero) untuk melakukan investigasi guna mengetahui penyebab dari pemadaman listrik tersebut.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu mengatakan, pihaknya menginstruksikan kepada PLN untuk menginvestigasi hingga melakukan audit guna mengetahui penyebab pemadaman listrik di Sumatra.

“Harus diinvestigasi. Nanti saya akan berikan. Harus diaudit itu. Jangan terulang lagi,” kata Jisman saat ditemui di Komplek Parlemen Senayan, Rabu (5/6/2024).

Jisman menyampaikan, investigasi dan audit terhadap penyebab padamnya listrik di Sumatra merupakan perintah langsung dari Menteri ESDM Arifin Tasrif sebagai bentuk mitigasi agar kejadian serupa tak terjadi lagi.

Dirinya pun menuturkan, pihaknya akan memberikan teguran keras kepada PLN agar masalah seperti ini tidak terulang kembali.

“Iya iya, pasti [memberikan teguran keras],” ucapnya.

Direktur Eksekutif Institute Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa turut mendesak regulator untuk melakukan investigasi penyebab permasalahan terjadinya gangguan transmisi yang mengakibatkan pemadaman listrik di sebagian wilayah Sumatra.

"Sepertinya meluasnya pemadaman hingga Sumbar merupakan efek berantai dari gangguan transmisi. Ada 55 penyulang [jaringan transmisi] yang terdampak karena pemadaman ini," ujar Fabby ketika dihubungi, Rabu (5/6/2024).

Menurutnya, penguatan sistem transmisi Sumatra harus dilakukan. Apalagi untuk mengantisipasi perkembangan penambahan pembangkit dan permintaan listrik ke depan.

"Kecukupan dan keandalan pasokan di setiap sub sistem juga harus terjaga karena kalau blackout juga bisa terjadi karena pembangkit kurang dan/atau tidak andal. Mengelola sistem kelistrikan memang tidak mudah. Kita apresiasi upaya PLN memberikan layanan listrik yang sebaik mungkin," katanya.

Sementara itu, sejauh ini belum ada pernyataan terbaru dari PLN mengenai penyebab utama gangguan pada SUTET 275 kV Linggau-Lahat. Sebelumnya, PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Sumatra Barat (Sumbar) menyatakan masih melakukan investigasi penyebab utama padamnya listrik yang menimpa sekitar 600.000 pelanggan di wilayah tersebut.

"Kejadiannya masih dalam investigasi. Padamnya listrik ini dimulai Selasa (4/6/2024) pukul 10.57 WIB di jalur transmisi Lahat-Lubuk Linggau dan ini sedang dilakukan inspeksi," kata General Manager PLN UID Sumbar Eric Rossi Priyo Nugroho di Padang, Sumbar, Rabu (5/6/2024), dikutip dari Antara.

Eric mengatakan, terdapat sekitar 90 kilometer jalur yang disusuri secara detail atau terdiri atas 300 tower yang sedang dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui secara pasti penyebab padamnya aliran listrik. Dari pemeriksaan yang dilakukan petugas di lapangan, PLN baru menemukan penyebab minor seperti tower yang berdekatan dengan pohon, jamperan yang terputus dan lainnya. Namun, hal itu belum bisa dipastikan sebagai penyebab utama.

"Tadi malam itu tidak bisa kita tuntaskan seluruhnya karena terhalang visibilitas akibat kondisi yang gelap," kata dia.

Pengusaha Dirugikan

Kalangan pengusaha mengaku dirugikan akibat pemadaman listrik di Sumatra, termasuk di Provinsi Riau. Ketua DPP Apindo Riau Wijatmoko Rah Trisno mengatakan, biaya listrik merupakan komponen biaya yang cukup besar dikeluarkan pengusaha dalam proses produksi barang dan jasa.

"Kami sangat menyayangkan kondisi padam listrik ini terjadi. Saat ini Apindo sedang melakukan pendataan kerugian yang dialami oleh perusahaan," ujarnya, Rabu (5/6/2024).

Menurutnya, PLN seharusnya sudah mengantisipasi kondisi seperti ini terjadi, dan melakukan mitigasi atas kejadian tersebut, sehingga pelanggan tidak dirugikan.

Dia mencontohkan pengusaha kalangan menengah terasa sangat berat untuk menyalakan genset guna melanjutkan operasional di tengah listrik yang padam.

Misalnya, bisnis perhotelan dan penginapan kelas menengah, harus membayar biasa genset sejak kemarin malam hingga saat ini, dan akan terus membayar bahan bakar genset selama arus listrik belum normal.

"Padahal penginapan kelas menengah ini kerap kesulitan keuangan apalagi yang rate okupansinya rendah," ujarnya.

Dia menyebutkan, Apindo akan terus melakukan komunikasi dengan pihak terkait guna menyelesaikan masalah listrik ini, sehingga mendapatkan penjelasan yang lebih lengkap terkait penyebab masalah tersebut.

Pengusaha hotel di Sumatra Selatan juga ikut merasakan dampak dari kejadian blackout ini. Biaya operasional hotel dipastikan mengalami peningkatan. 

Marketing Communication BATIQA Hotel Palembang Novi Arianto mengakui blackout listrik di wilayah Kota Palembang tidak begitu berdampak pada tingkat penghunian kamar (TPK) di BATIQA Hotel. Hal itu lantaran sejak sebelum kejadian seluruh kamar di hotel tersebut sudah dipesan.

“Kalau semalam kita sudah full booked dari sebelum mati lampu, jadi tidak begitu berdampak peningkatan (pengisian kamar),” katanya kepada Bisnis, Rabu (5/6/2024). 

Akan tetapi, kata Novi, pemadaman listrik yang terjadi cukup berpengaruh terhadap biaya operasional hotel karena pihaknya harus menggunakan genset untuk menjaga aliran listrik tetap menyala. 

Adapun, untuk penambahan biaya operasional mencapai sekitar Rp7 juta untuk bahan bakar genset selama semalam. “Tapi sejak pukul 07.00 WIB tadi sampai saat ini kita sudah full pake listrik PLN lagi,” ujarnya. 

Di lain sisi, Marketing Communication Hotel Ibis Palembang Dwiki mengatakan, terdapat peningkatan jumlah keterisian kamar mencapai lebih dari 60% akibat kondisi blackout yang berlangsung sekitar 9 jam di wilayah tersebut. 

Namun demikian, dia juga tidak menepis bahwa dari sisi operasional hotel, terjadi peningkatan biaya agar aliran listrik tetap tersedia. 

“Ya, betul [peningkatan biaya operasional],” katanya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper