Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Chatib Basri Beberkan Alasan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Mentok di 5%, Sulit ke 7%

Chatib Basri mengatakan agar mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 7% Indonesia membutuhkan investasi sekitar 47,6% dari PDB.
Ekonom Senior sekaligus Mantan Menteri Keuangan (2013-2014) Chatib Basri dalam acara HUT PT Indonesia Infrastructure Finance ke-14 tahun, di Hotel St. Regis, Senin (29/1/2024). JIBI/Annasa Rizki Kamalina
Ekonom Senior sekaligus Mantan Menteri Keuangan (2013-2014) Chatib Basri dalam acara HUT PT Indonesia Infrastructure Finance ke-14 tahun, di Hotel St. Regis, Senin (29/1/2024). JIBI/Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA — Mantan Menteri Keuangan (2013-2013) Chatib Basri mengungkapkan saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia tengah tertahan di level 5% dan akan sulit naik menuju target Indonesia menjadi negara maju, yakni di rentang 6%-7%. 

Chatib menuturkan hal ini akibat kondisi produktivitas investasi Indonesia atau  incremental capital output ratio (ICOR) yang masih tinggi alias belum efisien. Selain itu, posisi defisit transaksi berjalan (current account defisit) yang terlampau besar dengan investasi. 

Menurutnya, untuk ekonomi Indonesia dapat tumbuh 1%, membutuhkan investasi sebesar 6,8% dari produk domestik bruto (PDB). Artinya, bila Indonesia ingin mencapai pertumbuhan hingga 7%, membutuhkan investasi sekitar 47,6% dari PDB. 

“Investasi ini musti dibiayai, datangnya dari tabungan domestik, masalahnya tabungan domestik kita hanya 37% dari PDB,” tuturnya dalam siniar Malaka Project, dikutip Rabu (5/6/2024).  

Tidak heran bila ekonomi Indonesia tertahan di 5% dengan posisi tabungan domestik yang sebesar 37% tersebut. 

Chatib menyoroti selisih antara tabungan dan investasi tersebut. Hal yang menjadi masalah, apabila selisih ini terlalu besar, membuat investor mengurungkan niatnya untuk masuk ke pasar Tanah Air karena khawatir saat mata uang anjlok, akan terjadi krisis. 

Pilihan pemerintah, katanya, harus mengerek tabungan domestik atau menurunkan namun dengan output yang sama. 

“Berarti solusinya adalah produktivitas musti naik, supaya dengan effort yang kecil bisa menghasilkan output yang sama,” lanjutnya.

Lagi-lagi, isu sumber daya manusia (SDM), pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur menjadi poin utama untuk meningkatkan produktivitas Tanah Air. Terlebih, untuk mendapatkan efisiensi dari infrastruktur, pemerintah perlu menurunkan ICOR terlebih dahulu. 

Isu korupsi pun harus semakin dihilangkan karena akan mendorong produktivitas lebih efisien.

“Kalau 6%-7% kita butuh investasi 48%, kalau kita bisa turunin ICOR jadi lima, dengan investasi-to-gdp 35%, kita bisa tumbuh 7%. Opsi lain adalah tabungan naik, maka mau gak mau tax-to-GDP ratio naik, kita [pemerintah] harus cari uang,”  tuturnya. 

Sementara adanya selisih dari tabungan, pemerintah perlu mencari cara menutupnya dengan aliran modal asing yang berupa foreign direct investment (FDI) alias penanaman modal asing (PMA). 

Chatib menilai lebih efektif bagi Indonesia untuk menarik sebanyak-banyak FDI ketimbang mengandalkan modal asing dari portfolio atau surat utang. Pasalnya, portfolio lebih mudah ditarik ketimbang menutup pabrik yang berdiri dari FDI. 

“Kalau masuknya lewat FDI, pabrik nggak bisa dibawa pulang, maka solusinya FDI harus banyak masuk ke sini. Framework sederhana 3 hal itu, siapa pun yang ada di pemerintahan dia nggak bisa keluar dari framework itu,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper