Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef Wanti-wanti Program Makan Siang Gratis: Dana Jumbo dan Rentan Jebakan Fiskal

Indef mengingatkan anggaran yang dibutuhkan untuk program makan siang gratis sangat besar dan berpotensi menimbulkan defisit.
Petugas kantin tengah menyiapkan makan siang gratis bagi anak sekolah SMPN 2 Curug, Tangerang, Kamis (29/2/2024). JIBI/Annasa Rizki Kamalina
Petugas kantin tengah menyiapkan makan siang gratis bagi anak sekolah SMPN 2 Curug, Tangerang, Kamis (29/2/2024). JIBI/Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eisha Maghfiruha Rachbini menyampaikan anggaran yang dibutuhkan untuk program makan siang gratis sangat besar dan berpotensi masuk ke dalam jebakan fiskal.

Eisha menyampaikan anggaran yang dibutuhkan untuk menjalankan program makan siang gratis sangat besar dan berpotensi menimbulkan defisit. 

“Makan siang atau makanan bergizi untuk seluruh anak-anak yang membutuhkan, anak-anakIndonesia pasti dananya sangat besar dan ini juga berpotensi memberikan defisit karena belanja pasti akan sangat besar,” katanya saat acara diskusi bertema Kebangkitan Nasional, Kebangkitan Ekonomi? pada Senin (27/5/2024).

Eisha juga menyebutkan dampak jangka panjang yang akan dihadapi dari program tersebut, yakni sustain atau berkelanjutan.

“Ini memberikan dampak secara jangka panjang bahwa ekonomi fiskal atau fiskal keuangan kita tidak hanya melihat pada saat ini tetapi bagaimana ini bisa sustain atau berkelanjutan ke depan,” ujarnya.

Dia juga menyampaikan pengeluaran yang sangat besar saat ini akan dibayarkan oleh generasi-generasi berikutnya sehingga jebakan fiskal pun harus dihindari.

“Pengeluaran yang besar pada saat ini akan dibayarkan generasi-generasi berikutnya yang harus membayar di masa yang akan datang dan ini jangan sampai menjadi jebakan fiskal atau beban yang berkelanjutan pada generasi-generasi mendatang,” ujarnya.

Menurutnya, pengawasan harus ditekankan dengan kehati-hatian dan prioritas belanja harus cermat supaya kondisi fiskal Indonesia tetap sehat hingga masa mendatang.

“Pengawasan bagaimana kebiajakan yang prudance kehati-hatian dan prioritas belanja yang harus cermat di mana tadi menjamin fiskal kita tetap sehat tidak hanya di masa saat ini tetapi dimasa yang akan mendatang,” ujarnya.

Eisha mengatakan program tersebut harus dijalankan dengan hati-hati supaya fiskal atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak terbebani.

“Perlu dengan sangat hati-hati jika program tersebut akan dilaksanakan mungkin bertahap atau mungkin ada pilot project-nya bagaimana supaya tidak membebani fiskal atau apbn negara,” ujarnya.

Dia juga menegaskan diperlukannya kesiapan dari sisi produksi dalam negeri karena dipastikan akan ada peningkatan permintaan terhadap produk-produk untuk program makan siang gratis, kesanggupan usaha lokal harus sangat diperhatikan.

“Sebenernya tergantung dengan kesiapan dari sisi produksi, kalau pun kita lihat pasti akan ada peningatan permintaan terhadap produk-produk makan siang gratis atau produk-produk pangan, susu, dan kita harus lihat dari sisi produksi apakah produk lokal itu sanggup, apakah usaha lokal itu sanggup mem-provide menyediakan kebutuhan tersebut,” ujarnya.

Eisha berpendapat produk-produk lokal dan industri kecil menengah harus dilibatkan untuk mendukung program makan siang gratis sehingga memberikan dampak multiplier effect terhadap perekonomian Indonesia.

“Seharusnya program ini dijalankan dengan mengusungkan produk-produk lokal dan industri kecil menengah yang bisa mensupport program tersebut sehingga memang ini akan memberikan dampak multiplier terhadap perekonomian indonesia,” ucapnya.

Eisha juga menyampaikan jika tidak ada kesiapan dalam menjalankan program makan siang gratis, impor terhadap produk-produk untuk kebutuhan program tersebut mengalami peningkatan.

“Justru di dalam negeri kita tidak siap yang ada malah justru memberikan meningkatkan impor terhadap produk-produk pangan seperti susu, beras,” katanya. 

Dia juga menjelaskan ketidaksiapan dalam negeri akan berdampak pada defisit neraca perdagangan, nilai tukar mata uang, dan cadangan devisa negara.

“Akan memberikan dampak jika misalkan kita tidak bisa memproduksi sendiri dan ini bisa memberikan dampak terhadap defisit neracr perdagangan yang akan semakin melebar dan justru akan memberikan dampak secara makro ekonomi terhadap nilai tukar dan juga tentunya cadangan devisa negara,” ujarnya. (Ahmadi Yahya)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper