Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire, bersamaan dengan rentetan kritik bersama dari negara-negara G7, mengatakan bahwa seluruh perekonomian berada dalam risiko akibat melimpahnya ekspor murah China.
Negara-negara industri terkemuka telah bersatu untuk menghadapi tantangan yang lebih keras dan bersatu dalam menghadapi kelebihan kapasitas China. Menurutnya, hal tersebut mengancam produsen dalam negeri mereka.
“Kami memiliki masalah dengan model ekonomi di mana China memproduksi lebih banyak perangkat industri yang lebih murah karena hal ini dapat menjadi ancaman tidak hanya bagi UE, tidak hanya bagi AS, tetapi juga bagi perekonomian dunia secara global,” tutur Le Maire, seperti dikutip dari Bloomberg pada Senin (27/5/2024).
Pertemuan menteri keuangan G7 di Italia menyebutkan China ketika mereka sepakat untuk menanggapi praktik-praktik berbahaya dan mempertimbangkan untuk mengambil langkah-langkah untuk memastikan kesetaraan.
Adapun, kata-kata tersebut menandakan peningkatan dari bahasa perdagangan yang jarang dan lebih netral, yang biasa mereka gunakan dalam komunike.
Pernyataan tersebut kemudian muncul, menyusul pengumuman Amerika Serikat (AS) pada Jumat (24/5) bahwa Presiden Joe Biden akan menerapkan kembali tarif terhadap ratusan barang yang diimpor dari China.
Baca Juga
Sementara itu, Uni Eropa juga mendekati akhir dari penyelidikan subsidi kendaraan listrik yang kemungkinan akan mengarah pada tindakan defensif terhadap ekspor mobil China.
Pajak potensial Uni Eropa diperkirakan akan jauh lebih rendah daripada AS dan didasarkan pada pendekatan yang berbeda dalam aturan dan prosedur Organisasi Perdagangan Dunia.
Le Maire juga menuturkan pada pertemuan G7 bahwa negara-negara anggota perlu memperkuat pertukaran informasi, dan melakukan penilaian bersama terhadap praktik industri China.
“Jangan membuat kesalahan apapun mengenai tekad negara-negara Uni Eropa dan tekad Prancis,” tuturnya.