Bisnis.com, JAKARTA – Para pemimpin keuangan dari negara-negara maju yang tergabung dalam kelompok G7 pada Sabtu (25/5/2024) menegaskan kembali komitmen mereka untuk memperingatkan Jepang terhadap pergerakan mata uang Yen yang terlalu bergejolak.
Hal ini sebagai isyarat yang Jepang lihat sebagai lampu hijau untuk melakukan intervensi di pasar untuk menahan penurunan yen yang cepat.
Kesepakatan ini menyusul peringatan baru dari Wakil Menteri Keuangan untuk Urusan Internasional Jepang Masato Kanda yang mengatakan bahwa Tokyo siap untuk masuk ke pasar "kapan saja" untuk melawan pergerakan spekulatif yen yang memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Jepang.
"Kami menegaskan kembali komitmen nilai tukar Mei 2017 kami," ujar Kanda, dilansir dari Reuters, Minggu (26/5/2024).
Para Menteri G7 menunjukkan isyarat setuju, dengan anggukan, dengan pernyataan Jepang untuk menegaskan kembali pandangannya tentang perlunya stabilitas pasar mata uang, dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan mereka di Stresa, Italia.
Kelompok G7 memiliki kesepakatan lama bahwa volatilitas yang berlebihan dan pergerakan mata uang yang tidak teratur tidak diinginkan, dan bahwa negara-negara memiliki wewenang untuk mengambil tindakan di pasar ketika nilai tukar menjadi terlalu tidak stabil.
Baca Juga
Tokyo berpendapat bahwa perjanjian ini memberikan kebebasan untuk melakukan intervensi di pasar mata uang untuk melawan pergerakan yen yang berlebihan.
"Kami bersyukur bahwa G7 menegaskan kembali pemahaman bersama mengenai nilai tukar. Hal ini juga meyakinkan pasar," kata Kanda usai pertemuan para pemimpin keuangan G7.
Pernyataan G7 mengenai komitmen nilai tukar tidak berubah dari pernyataan kelompok sebelumnya yang dikeluarkan pada tanggal 17 April, ketika para pemimpin keuangan bertemu di Washington di sela-sela pertemuan IMF.
Dua minggu setelah pertemuan G7 bulan April, Jepang diyakini telah melakukan intervensi di pasar mata uang untuk menopang yen guna menahan apa yang digambarkan oleh pihak berwenang sebagai pergerakan mata uang yang berlebihan dan spekulatif.
Meskipun hal ini mencegah yen jatuh di bawah garis psikologis penting 160 per dolar AS, mata uang Jepang ini belum menunjukkan rebound yang jelas.
Yen berada di 156,98 terhadap dolar pada hari Jumat (24/5/2024), tidak jauh dari level terendah lebih dari tiga minggu di 157,19 yang disentuh pada hari Kamis.
Ada juga ketidakpastian apakah negara-negara G7 akan mentolerir langkah lebih lanjut dari Jepang ke pasar nilai tukar.
Pasalnya, Menteri Keuangan AS Janet Yellen yang juga berada di Stresa mengatakan pada Kamis (23/5/2024) bahwa intervensi mata uang tidak boleh menjadi alat "rutin" untuk mengatasi ketidakseimbangan dan harus digunakan jarang dan dengan cara yang dikomunikasikan dengan baik.
Komunike para pemimpin keuangan pada bulan Mei 2017, yang ditegaskan kembali oleh Kanda, menyebutkan bahwa volatilitas yang berlebihan dan pergerakan yang tidak teratur dalam nilai tukar dapat memiliki implikasi yang merugikan bagi stabilitas ekonomi dan keuangan.
Di sisi lain, mereka juga menyerukan agar nilai tukar ditentukan oleh pasar, dan agar para anggota berkonsultasi dengan cermat terkait tindakan-tindakan di pasar valuta asing.
Kanda, yang mengawasi kebijakan mata uang Jepang mengatakan bahwa dirinya melakukan "kontak yang sangat dekat" dengan rekan-rekannya di AS setiap hari, termasuk di pasar.
Sepanjang tahun ini, yen telah anjlok sebesar 11% terhadap dolar di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga, yang akan menjaga perbedaan yang lebar antara suku bunga AS dan suku bunga Jepang yang sangat rendah.
Pasar berfokus pada apakah Jepang akan melakukan intervensi lagi untuk menahan yen yang sangat lemah, yang telah memusingkan para pembuat kebijakan karena hal ini memukul konsumsi dengan menaikkan biaya impor bahan baku.