Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Pengolahan Susu Sentuh 4,64 Juta Ton Mei 2024, RI Pasok 20% Bahan Baku

Kemenperin menyampaikan total kapasitas produksi pengolahan susu saat ini mencapai 4,64 juta ton.
Pengembangan industri pengolahan susu oleh PT Frisian Flag Indonesia./dok. Frisian Flag
Pengembangan industri pengolahan susu oleh PT Frisian Flag Indonesia./dok. Frisian Flag

Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat total kapasitas produksi pengolahan susu saat ini mencapai 4,64 juta ton. Dengan jumlah tersebut, Indonesia mampu memasok 20% bahan baku susu

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan realisasi investasi industri pengolahan susu hingga tahun 2023 mencapai Rp23,4 triliun dan telah menyerap 37.000 tenaga kerja. 

"Saat ini kondisi perkembangan sektor ini cukup baik, sudah ada 88 pabrk industri pengolahan susu dan turunannya, dengan total kapasitas produksi mencapai 4,64 juta ton per tahun," ujar Putu, dikutip Minggu (26/5/2024). 

Adapun, produksi terbesar di industri pengolahan susu saat ini lebih banyak produsen susu cair dan krim dengan porsi 49%, susu kental manis 17%, dan susu bubuk 17,5%. Sementara, produk unggulan ekspor yakni susu formula, makanan bayi, es krim, yogurt, susu bubuk, susu kental manis, serta susu cair dan krim.

Putu menilai sektor ini cukup berperan penting terhadap perekonomian nasional. Pasalnya, selama pandemi, investasi baru terus bermunculan dari PT Frisian Flag Indonesia di Bekasi, PT Nestle Indonesia di Batang, PT Kian Mulia di Bekasi, dan rencana investasi Baladna asal Qatar di Indramayu.

Adanya investasi baru di sektor industri pengolahan susu, khususnya produsen susu cair, menyebabkan peningkatan kebutuhan bahan baku susu segar dari dalam negeri. Terlebih, tren pasar mulai beralih dari susu bubuk dan kental manis menjadi susu cair (UHT dan pasteurisasi). 

Di samping itu, konsumsi susu masyarakat Indonesia dinilai berpeluang meningkat. Saat ini, Saat ini, tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia sebesar 16,9 kg per kapita per tahun setara susu segar.

Kondisi ini perlu dibarengi dengan ketersediaan bahan baku. Namun, hanya sekitar 20% bahan baku susu yang mampu di pasok dalam negeri. Menurut Putu, hal ini lantaran laju pertumbuhan produksi susu segar sebesar 1% dalam 6 tahun terakhir. 

"Sehingga tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu yang tumbuh rata-rata 53%," tuturnya. 

Kendala utama dalam pengembangan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) adalah minimnya populasi sapi perah di Indonesia (sekitar 592.000 ekor), rendahnya produktivitas sapi perah rakyat (8-12 liter per ekor per hari), dan tingginya rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu (0,5-0,6).

“Pengembangan produksi susu segar juga dihadapkan pada terbatasnya lahan untuk kandang dan pakan hijauan,” imbuhnya.

Selain itu, minimnya kepemilikan sapi perah peternak rakyat (2-3 ekor per peternak), biaya pembesaran (rearing) anakan sapi perah yang cukup mahal, kurangnya pemahaman peternak rakyat akan Good Dairy Farming Practices (GDFP), serta masih minimnya minat anak muda untuk menjadi peternak.

Dalam hal ini, dukungan kebijakan pemerintah diperlukan untuk berpihak kepada penanganan di sektor hulu baik koperasi susu dan peternak sapi perah. Kemenperin telah memberikan bantuan sebanyak 84 cooling unit kepada 68 koperasi susu di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

"Pada tahun 2021, kami telah membantu mendirikan Milk Collection Point (MCP) di koperasi susu di Pengalengan, Jawa Barat, dan pada tahun 2022 kami melakukan digitalisasi di 40 tempat penerimaan susu (TPS) di Jawa Timur sebagai implementasi program industri 4.0 untuk memantau kualitas susu secara real time," terangnya. 

Selain itu, pihkanya juga mengatasi masalah di sektor hulu dengan mendorong program kemitraan dengan koperasi susu dan peternak sapi perah rakyat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper