Bisnis.com, JAKARTA - Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) mencatat penurunan volume impor baja sebesar 10,2% yakni sebesar 3,51 juta ton pada kuartal I/2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 3,91 juta ton.
Direktur Eksekutif IISIA, Widodo Setiadharmaji mengatakan kinerja impor yang turun merupakan dampak dari kebijakan pengendalian impor yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian melalui kebijakan larangan dan pembatasan (lartas) impor.
"Kebijakan pemerintah dalam pengendalian impor sangat diperlukan dalam menghadapi kondisi baja global yang mengalami kelebihan kapasitas, proteksionisme dan praktik perdagangan tidak adil," kata Widodo dalam keterangan resminya, Rabu (22/5/2024).
Bahkan, dalam 5 tahun terakhir atau periode 2019-2023, volume impor turun 12,94% year-on-year (yoy) dari 17 juta ton pada 2019 menjadi 14,8 juta ton pada 2023. Angka impor disebut belum pernah mencapai level sebelum Covid-19 meskipun permintaan baja domestik terus mengalami pertumbuhan.
Dia pun menegaskan, pihaknya mendukung upaya pemerintah melakukan pengendalian impor untuk mendukung penggunaan produk baja nasional bagi pemenuhan kebutuhan baja domestik.
"Impor dalam bentuk bahan baku sebagai material utama proses produksi secara umum tidak mengalami kendala cukup berarti sehingga kegiatan produksi dapat berjalan dengan baik," tuturnya.
Baca Juga
Di sisi lain, IISIA tetap meminta dukungan kebijakan pemerintah mengingat kondisi industri baja global yang semakin menantang. Berdasarkan laporan OECD, industri baja global mengalami kelebihan kapasitas hingga 625 juta ton dan diperkirakan akan terus bertambah dalam beberapa tahun ke depan.
Perlindungan dari impor baja juga diperlukan untuk mendorong pertumbuhan kinerja industri yang kian pulih. Selain dari sisi impor yang mengalami penurunan, kinerja ekspor baja disebut meningkat awal tahun ini.
Berdasarkan data yang dikeluarkan BPS, ekspor produk baja pada kurun waktu tersebut mengalami peningkatan sebesar 38,3% dari 3,81 juta ton menjadi 5,27 juta ton.
Perkembangan ini melanjutkan tren positif sepanjang kurun waktu 5 tahun terakhir, di mana ekspor terus tumbuh dari 5,99 juta ton pada tahun 2019 menjadi 18,19 juta ton pada 2023 atau tumbuh sebesar 204%.
Alhasil, peningkatan kinerja ekspor dan impor ini akan berdampak pada peningkatan produktivitas, khususnya perbaikan utilisasi kapasitas industri baja nasional.