Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) tengah memutar otak untuk mengambil pasar furnitur global demi menggenjot kembali kinerja ekspor yang terpuruk beberapa tahun terakhir.
Ketua Umum Asmindo, Dedy Rochimat mengatakan nilai ekspor furnitur RI mengalami penurunan menjadi US$2,1 miliar pada 2023. Padahal, pada tahun sebelumnya, industri mebel mampu meraih pendapatan dari ekspor hingga US$2,9 miliar pada tahun sebelumnya.
"Meskipun pendapatan industri mengalami penurunan pada 2023, di mana ekspor mencapai sekitar US$2,1 miliar, kami optimistis bahwa Indonesia akan merebut 1% pangsa pasar mebel dunia ke depannya," kata Dedy di Jakarta, Rabu (22/5/2024).
Berdasarkan hitungannya, potensi pendapatan dari 1% pangsa pasar dunia yang bisa diraih Indonesia sebesar US$7 miliar atau setara dengan Rp112 triliun. Secara keseluruhan, proyeksi permintaan global senilai US$766 miliar tahun ini.
Untuk itu, pihaknya mendorong strategi pemasaran melalui pameran di berbagai negara, seperti Korea hingga Dubai. Asmindo juga melihat potensi besar di India hingga benua Afrika.
"Memang India, sebetulnya pasar Afrika juga luar biasa. Afrika itu ada 54 negara dan penduduk 1,8 miliar," tuturnya.
Baca Juga
Teranyar, Asmindo akan menggelar pameran mebel dan kerajinan IFFINA 2024 di ICE BSD, Tangerang pada 14-17 September 2024 mendatang dengan target transaksi mencapai US$500 juta dan tingkat pengunjung meningkat 50% dari tahun sebelumnya.
Di sisi lain, Asmindo disebut akan mengembangkan industri furnitur dengan konsep berkelanjutan yang sesuai dengan tren permintaan global terkini. Pihaknya memproyeksi potensi pasar furnitur ramah lingkungan tahun ini mencapai US$51,02 miliar atau setara dengan Rp798 triliun.
Dedy juga menyebut pertumbuhan permintaan furnitur ramah lingkungan 8,6% secara global tersebut merupakan peluang pelaku usaha untuk mengembangkan pusat riset furnitur berkelanjutan di kawasan industri nasional.
Industri furnitur global kini tengah bergerak ke arah berkelanjutan. Hal ini yang menjadi tantangan besar ekspor furnitur lokal untuk dapat bersaing di kancah internasional.