Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kerja Ojek Online hingga e-Commerce Cocok Buat Gen Z, Ini Alasannya

Pekerjaan sektor informal seperti ojek online hingga e-commerce dinilai cocok dengan karakteristik Gen Z.
Pengemudi ojek online melintas di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (19/3/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pengemudi ojek online melintas di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (19/3/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Lapangan kerja sektor informal seperti ojek online hingga e-commerce dinilai cocok untuk karakteristik angkatan kerja baru yang didominasi oleh Gen Z.

Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa tahun terakhir menunjukan tren penurunan penciptaan lapangan pekerjaan di sektor formal.

Selama 2009-2014, serapan tenaga kerja di sektor formal ada sebanyak 15,6 juta. Jumlah itu menurun menjadi 8,5 juta orang pada 2014-2019, dan turun lagi menjadi tinggal 2 juta orang pada periode 2019 hingga 2024.

Direktur Research Institute Of Socio-Economic Development (RISED) Fajar Rakhmadi, mengatakan angkatan kerja saat ini memang memiliki tantangan yang lebih berat dibanding generasi-generasi sebelumnya. Pasalnya jumlah angkatan kerja baru, tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.

Menurut data BPS per Februari 2024, penduduk Indonesia yang bekerja pada kegiatan informal sudah sebanyak 84,13 juta orang atau 59,17% dari total penduduk bekerja. Hal ini dipicu adanya ketidaksesuaian antara pendidikan atau keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan industri atau pasar tenaga kerja.

Saat ini sebagian besar dari angkatan kerja baru banyak yang memilih sebagai Gig Worker atau bekerja di sektor informal seperti ojek online, e-commerce, dan lainnya.

“Gig worker memberikan alternatif pekerjaan bagi Gen Z yang sesuai dengan karakteristik generasi mereka," kata Fajar dalam keterangannya, Selasa (21/5/2024).

Menurutnya, fleksibilitas yang ditawarkan jenis pekerjaan ini membuat Gen Z punya kesempatan mengeksplorasi minat dan passion mereka.

Berdasarkan Survei Motivasi & Kesejahteraan yang dilakukan RISED mengungkap bahwa pekerja gig melihat pekerjaannya hanya sebagai pekerjaan jangka pendek.

Sebanyak 50% responden yang disurvei RISED berencana bekerja sebagai Gig Worker hanya selama 1-2 tahun lagi, dan hanya 30% yang berencana bekerja sebagai Gig Worker lebih dari 5 tahun.

Artinya, gig ini memang dijadikan sebagai pekerjaan alternatif sampai mereka mendapatkan pekerjaan lain yang mereka nilai sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Survei RISED juga mengungkap bahwa, Gig Work tidak hanya diminati oleh mereka yang belum bekerja, tetapi juga orang yang telah memiliki pekerjaan tetap.

Sebab Gig Work dinilai menjadi pilihan dalam meningkatkan kesejahteraan atau tambahan pendapatan. Ada sekitar 62% pekerja menjadikan Gig Work sebagai solusi dalam memperoleh tambahan pendapatan.

Namun, lanjutnya, kemudahan bekerja di salah satu bidang Gig Work yaitu ojek online bakal terkendala usai Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) berencana mengatur jam kerja.

Menurutnya, wacana pembatasan jam kerja untuk pekerja gig seperti ojol oleh pemerintah akan berpotensi mengurangi kemampuan sektor ini dalam memberikan alternatif pendapatan yang mudah bagi masyarakat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper