Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Babak Baru Perang Dagang AS vs China, Joe Biden Naikkan Tarif Impor Semikonduktor, Baterai, Dll

Presiden AS Joe Biden resmi menaikkan tarif produk impor asal China. Mulai dari semikonduktor, baterai, hingga jarum suntik.
Bendera Amerika Serikat dan China dipasang sebelum pertemuan antara Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, Tiongkok, Sabtu, 8 Juli 2023./Reuters
Bendera Amerika Serikat dan China dipasang sebelum pertemuan antara Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, Tiongkok, Sabtu, 8 Juli 2023./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menaikkan tarif pada berbagai macam produk impor asal China, antara lain semikonduktor, baterai, sel surya, mineral-mineral penting, hingga jarum suntik. 

Keputusan tersebut diambil Joe Biden jelang Pemilihan Presiden AS untuk meningkatkan produksi dalam negeri di industri-industri penting.

AS juga akan menaikkan pungutan pada derek pelabuhan dan produk medis asal China, selain kenaikan yang telah dilaporkan sebelumnya pada baja, aluminium, dan kendaraan listrik. Perubahan-perubahan ini diproyeksikan akan mempengaruhi sekitar US$18 miliar kinerja impor tahunan AS. 

“Hari ini, kami memenuhi tujuan hukum kami untuk menghentikan tindakan, kebijakan, dan praktik terkait transfer teknologi China yang berbahaya, termasuk gangguan siber dan pencurian siber,” ujar Perwakilan Dagang AS Katherine Tai dilansir dari Bloomberg, Rabu (15/5/2024).  

Langkah-langkah ini merupakan pembaruan paling komprehensif dari Biden terhadap tarif produk asal China yang pertama kali diberlakukan oleh pendahulunya, mantan Presiden Donald Trump. Kebijakan tersebut merupakan pengakuan bahwa pendekatan hawkish terhadap perdagangan dengan Beijing tetap populer di kalangan pemilih AS.

Tidak ada tarif Trump yang akan dikurangi. Justru, Biden akan menaikkan tarif untuk barang-barang yang sulit diimpor AS selama pandemi Covid-19 dan untuk industri-industri utama, seperti chip dan energi ramah lingkungan.

Namun, Biden harus menjaga keseimbangan neraca dagang. Pasalnya, penerapan tarif tambahan berisiko meningkatkan harga bagi konsumen yang sudah terluka akibat inflasi.

Hal itu tentu memicu kemarahan China, yang dapat memilih untuk membalas dengan cara yang sama.

China “dengan tegas menentang” keputusan Joe Biden untuk menaikkan tarif impor China. Kementerian Perdagangan China bahkan melihat langkah tersebut sebagai “manipulasi politik,”. China mendesak pemerintahan Biden untuk membatalkan kenaikan bea masuk dan memperbaiki apa yang disebutnya sebagai “tindakan yang salah.”

Perubahan tersebut akan berlaku mulai 2024 hingga 2026, dan lebih tepat sasaran dibandingkan dengan tarif flat 60% yang diusulkan Trump.

Lonjakan terbesar adalah untuk mobil listrik, dengan tarif empat kali lipat, sementara impor lainnya mengalami kenaikan tarif dua kali lipat atau diberlakukan untuk pertama kalinya.

Biden akan secara resmi mengumumkan langkah-langkah tersebut, yang dirinci dalam sebuah pernyataan, pada acara Rose Garden di Gedung Putih pada Selasa (14/5/2024).

Para pejabat, yang menjelaskan rencana tersebut dengan syarat tidak disebutkan namanya sebelum pengumuman resmi, mengatakan bahwa mereka akan memasangkan investasi domestik dari undang-undang infrastruktur bipartisan dan Chips and Science Act dengan tarif baru untuk menyamakan kedudukan dengan China.

Dalam beberapa kasus, pungutan tersebut berlaku untuk area di mana China hanya memiliki segmen kecil dari pasar AS, tetapi dimaksudkan untuk mencegah potensi membanjirnya impor.

“China terlalu besar untuk bermain dengan aturannya sendiri. China menggunakan pedoman yang sama seperti sebelumnya untuk mendorong pertumbuhannya sendiri dengan mengorbankan pihak lain dengan terus berinvestasi. Meskipun ada kelebihan kapasitas, dan membanjiri pasar global dengan ekspor yang tidak sepadan," kata Direktur Dewan Ekonomi Nasional Lael Brainard kepada wartawan. 

Babak Baru Perang Dagang AS vs China, Joe Biden Naikkan Tarif Impor Semikonduktor, Baterai, Dll

Daftar Tarif Baru Produk China 

Tingkat tarif untuk produk semikonduktor China meroket dari 25% menjadi 50% pada 2025. Hal itu menargetkan industri yang menjadi pusat agenda manufaktur Biden melalui miliaran subsidi untuk meningkatkan produksi AS.

Pungutan tersebut bertujuan untuk melawan serbuan China ke dalam apa yang disebut sebagai chip lama, yang merupakan komponen generasi lama yang masih penting bagi ekonomi global.

Pemerintahan Biden baru-baru ini menyimpulkan sebuah survei terhadap lebih dari 100 perusahaan otomotif, kedirgantaraan, pertahanan, dan perusahaan lain tentang rantai pasokan mereka untuk semikonduktor yang kurang canggih, dan Uni Eropa sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan tinjauan serupa.

Mineral penting tertentu akan dikenakan tarif baru sebesar 25% tahun ini, sementara grafit alam dan magnet permanen akan dikenakan tarif tersebut pada 2026. Derek kapal-ke-pantai juga akan dikenakan tarif baru sebesar 25% tahun ini.

Tarif kendaraan listrik akan mulai berlaku tahun ini, dengan tingkat tarif akhir 102,5%, naik dari 27,5% saat ini. Dan tarif untuk baja dan aluminium tertentu dari China, yang saat ini dikenakan tarif 0% atau 7,5%, akan naik menjadi 25% tahun ini.

Tarif baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik, serta suku cadang baterai, akan melonjak menjadi 25% dari 7,5% tahun ini, sementara baterai lithium-ion non-EV akan mengalami lonjakan yang sama pada tahun 2026. Tarif sel surya akan naik dari 25% menjadi 50% tahun ini.

AS juga akan memberlakukan tarif baru sebesar 50% untuk jarum suntik dan jarum suntik asal China pada tahun ini. Sementara tarif untuk alat pelindung diri, seperti respirator dan masker wajah, naik menjadi 25% dari 0% atau 7,5% saat ini.

Tarif untuk sarung tangan medis dan bedah dari karet akan naik menjadi 25% dari 7,5% pada 2026.

Tidak jelas apakah langkah tersebut akan memicu tarif pembalasan oleh China, tetapi rezim tarif yang diusulkan di bawah Trump sudah berlaku untuk barang-barang senilai sekitar US$226 miliar, menurut perkiraan yang diberikan oleh pemerintah, berdasarkan data 2023.

“Mudah-mudahan kita tidak akan melihat respon yang signifikan dari China, tetapi itu selalu ada kemungkinan,” kata Menteri Keuangan Janet Yellen dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television. 

Yellen mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Presiden AS dan dirinya telah melihat secara langsung dampak lonjakan impor China yang sangat murah di masa lalu terhadap masyarakat Amerika.

"Kami tidak akan mentolerir hal itu lagi. Masalah-masalah ini menumpuk dari waktu ke waktu dan tidak akan terselesaikan dalam satu hari,” tambah Yellen.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper