Bisnis.com, JAKARTA — Optimisme perusahaan Amerika Serikat (AS) terhadap prospek bisnis mereka di China anjlok ke level terendah seiring dengan ketegangan politik, pertumbuhan ekonomi Negeri Panda yang melambat, dan persaingan domestik yang ketat.
Mengutip Reuters pada Kamis (12/9/2024), data dari Kamar Dagang Amerika atau American Chamber of Commerce (AmCham) di Shanghai mencatat hanya 47% perusahaan AS yang optimistis terhadap prospek bisnis lima tahun mereka di China. Catatan tersebut turun 5% dari tahun lalu.
Adapun, Ini merupakan tingkat optimisme terlemah yang dilaporkan sejak Laporan Bisnis China Tahunan AmCham Shanghai diperkenalkan pada tahun 1999. Juga mencapai rekor terendah adalah jumlah perusahaan yang memperoleh keuntungan pada tahun 2023, sebesar 66%.
Ketua AmCham Shanghai Allan Gabor mengatakan tren penurunan profitabilitas disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor.
"Ini adalah permintaan dalam negeri, ini adalah deflasi, dan tentu saja kita tidak bisa mengabaikan persepsi dan kekhawatiran anggota mengenai geopolitik. Ini menyentuh investasi dan menyentuh rencana operasi di China dalam hal bagaimana kami mengembangkan rencana bisnis di Tiongkok untuk masa depan," jelas Gabor.
Sebanyak 306 perusahaan AS yang disurvei berasal dari berbagai industri. Investasi asing langsung AS ke China turun 14% menjadi US$163 miliar pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, menurut Departemen Luar Negeri AS.
Baca Juga
Geopolitik tetap menjadi tantangan nomor satu bagi sebagian besar bisnis Amerika yang beroperasi di China dengan ketidakpastian mengenai masa depan hubungan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia yang meningkat menjelang pemilihan presiden AS.
AS juga diperkirakan akan segera membuat keputusan akhir mengenai tarif yang lebih tinggi untuk produk-produk buatan China yang diumumkan oleh Presiden Joe Biden awal tahun ini. Tarif 100% untuk kendaraan listrik, 50% untuk semikonduktor dan sel surya, dan 25% untuk baterai lithium-ion, antara lain, akan berlaku mulai 1 Agustus, namun telah ditunda dua kali.
Sebagai tanggapan, China telah mendesak AS untuk segera mencabut semua tarif atas barang-barang China dan berjanji akan melakukan pembalasan.
Hubungan bilateral disebutkan oleh 66% responden sebagai tantangan terbesar mereka dan 70% responden sebagai tantangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi China.
Di sisi positifnya, terdapat sedikit peningkatan dari tahun lalu—menjadi 35%—dalam sektor bisnis yang dilaporkan percaya bahwa lingkungan peraturan di China transparan. Namun, terdapat juga peningkatan sebesar 60% pada perusahaan yang melaporkan sikap pilih kasih terhadap perusahaan lokal.
Proporsi perusahaan-perusahaan AS yang sama seperti tahun lalu, yaitu 40%, saat ini mengalihkan atau ingin mengalihkan investasi yang telah dialokasikan ke China, menurut laporan AmCham, terutama ke Asia Tenggara, tetapi juga ke India.
Menurunnya sentimen bisnis di AS sejalan dengan makalah yang diterbitkan oleh Kamar Dagang Uni Eropa di China pada hari Rabu yang mengatakan bahwa tantangan berbisnis di negara tersebut mulai lebih besar daripada keuntungannya.