Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wamenkeu Ungkap Alasan IMF & Bank Dunia Puji RI "Bright Spot in Asia"

Wamenkeu Suahasil Nazara mengungkap alasan Indonesia disebut "Bright Spot in Asia" oleh IMF dan Bank Dunia.
Warga beraktivitas dengan latar suasana gedung perkantoran di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 akan terjaga di level 5 persen, seiring dengan perkembangan yang positif. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga beraktivitas dengan latar suasana gedung perkantoran di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 akan terjaga di level 5 persen, seiring dengan perkembangan yang positif. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan pemerintah Indonesia terus menjaga disiplin fiskal, dengan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di (APBN) bawah 3% dalam 20 tahun terakhir, di luar periode pandemi Covid-19 pada 2020 dan 2021. Kondisi tersebut membuat IMF dan Bank Dunia menyebut RI sebagai "Bright Spot in Asia". 

“Indonesia termasuk yang secara fiskal dipandang sangat disiplin, sejak memiliki UU Keuangan Negara tahun 2003, lebih dari 20 tahun yang lalu. Indonesia disiplin sekali, kita tidak pernah memiliki defisit, yang artinya ngutang dalam 1 tahun melebihi 3% dari PDB [produk domestik bruto],” kata Suahasil Nazara dalam siniar atau podcast Rhenald Kasali, dikutip Jumat (10/5/2024).

Suahasil mengatakan pelebaran defisit APBN yang tinggi hanya dilakukan pemerintah saat krisis pandemi Covid-19, di mana saat itu kegiatan ekonomi harus dihentikan untuk menahan penularan Covid-19.

Kegiatan ekonomi yang terhenti mengakibatkan penurunan yang signifikan pada penerimaan negara. Di sisi lain, kebutuhan belanja pemerintah sangat tinggi untuk menangani dampak dari pandemi tersebut.

Oleh karena itu, pemerintah melonggarkan batas defisit, yang diperbolehkan meningkat ke level di atas 3%. 

“Ketika mengelola negara yang menghadapi Covid-19, meskipun pendapatan turun, kita mengeluarkan uang lebih banyak untuk menjaga kesehatan masyarakat, memberikan support pada UMKM dan pemerintah daerah,” jelasnya.

Pada 2020, defisit APBN tercatat melebar ke level 6,14% terhadap PDB. Suahasil mengatakan, meski defisit naik, kontraksi ekonomi Indonesia pada 2020  hanya sebesar 2,07%.

Sementara itu, imbuhnya, banyak negara yang juga menaikkan defisit anggaran lebih tinggi, tetapi mengalami kontraksi ekonomi hingga level dua digit.

Lebih lanjut, defisit APBN pada 2021 berhasil diturunkan menjadi 4,57% terhadap PDB meski masih tetap tinggi di atas 3%. 

Pada 2022 dan 2023, pemerintah pun berhasil mengembalikan defisit di bawah 3%, yaitu masing-masing sebesar 2,35% dan 1,66% terhadap PDB.

“Jadi bisa dibilang Indonesia memiliki good bargain, resiliensi dari masyarakatnya, karena itu kemudian dunia internasional kalau melihat Indonesia sekarang adalah bright spot yang keluar dari Covid-19 dengan aman dan memiliki fundamental ekonomi yang baik,” kata Suahasil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper