Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkap kabar terbaru serta hambatan terkait rencana investasi Hon Hai Precision Industry Co. Ltd atau Foxconn di Indonesia.
"Salah satu PR saya paling besar itu adalah terkait dengan Foxconn. Ini masih dalam negosiasi terus, saya rencana dalam waktu dekat kami akan berangkat dan saya tidak ingin PR ini menjadi hal yang tertunda. Jujur untuk urusan Foxconn ini butuh effort yang luar biasa sekali," ujarnya dalam paparan Realisasi Investasi Kuartal I/2024, Senin (29/4/2024).
Meski demikian, Bahlil mengaku tidak mungkin menjelaskan tentang sejarah kita tentang apa problem atau masalah yang benar-benar terjadi terkait investasi Foxconn.
Dia mengatakan masih ada satu dua bagian yang harus dicocokkan pemerintah dengan poin-poin yang ajukan diajukan oleh Foxconn.
"Tapi, doakan Insyaallah akan bisa diselesaikan. Itu juga mimpi saya karena itu adalah perintah Bapak Presiden Jokowi," imbuhnya.
Bahlil mengatakan Foxconn saat ini menjadi salah satu investor yang dibidik pemerintahan Jokowi. Pasalnya, Foxconn merupakan salah satu perusahaan besar di dunia.
Baca Juga
"Bahkan, kurang lebih sekitar 10% sampai 15% yang saya dapat informasi mudah-mudahan saya tidak salah, produknya itu merupakan kontribusi ekspor China kepada dunia. Itu luar biasa kalau itu [Foxconn] masuk ke Indonesia wah itu top," pungkas Bahlil.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Selasa (7/2/2023), Kementerian Investasi sempat menargetkan rencana investasi Foxconn terealisasi pada 2023. Namun, hingga saat ini Foxconn belum juga menanamkan investasinya di Indonesia.
Deputi Promosi Penanaman Modal BKPM Nurul Ichwan mengatakan bahwa Foxconn belakangan masih bernegosiasi dengan pemerintah ihwal lahan yang bakal dipakai untuk pembangunan industri baterai dan kendaraan listrik sesuai dengan hitung-hitungan pabrikan asal Taiwan tersebut.
Di sisi lain, dia mengatakan, Foxconn juga tengah mengkaji skala relokasi pabrik mereka dari Taiwan menuju Indonesia. Harapannya saat berinvestasi di Indonesia, Foxconn dapat tetap memasok pasar existing mereka di China, Eropa, hingga Amerika Serikat dengan efisien.
"Cuma market existing mereka ada di China, ini mereka harus mengukur lagi, apakah juga kemudian dari sana dia bisa pasok kebutuhan di luar China dari Indonesia,” kata Nurul.